Nasional

Kebesaran Jamaah Hendaknya Diimbangi Manajemen Media yang Bagus

Ahad, 15 Maret 2020 | 02:30 WIB

Kebesaran Jamaah Hendaknya Diimbangi Manajemen Media yang Bagus

Halaqah media NU dan pesantren di PWNU Jawa Timur. (Foto: NU Online/Ibnu Nawawi)

Surabaya, NU Online
Banyak kalangan yang menyebutkan Nahdlatul Ulama memiliki kiprah yang demikian menentukan. Bahkan, berdasarkan hasil riset yang dikeluarkan oleh lembaga survei kredibel bahwa jamiyah kebangkitan ulama ini didaulat sebagai organisasi sosial kegamaan terbesar di Indonesia.

“Hingga kini, brand NU menggglobal dan pasarnya sangat besar. Karena itu, mobilitas vertikalnya tinggi sehingga mobilitasnya dapat diandalkan,” kata H Arif Afandi, Sabtu (14/3).

Penegasan ini disampaikan Pak Arif, sapaan akrabnya, saat tampil di acara ‘Halaqah Media NU dan Pesantren se-Jawa Timur yang digelar di ruang Salsabila Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur. 

Dalam pandangannya, kelebihan tersebut hendaknya diimbangi dengan manajemen media yang bagus. Apalagi sekarang memasuki wacana dunia digital, yang dari banyak hal ternyata NU memiliki keunggulan dari sisi konten dan sumber daya manusia.

“Dengan jumlah jamaah yang demikian besar, maka akan sangat mudah dalam mengoptimalkan peluang ini,” ungkapnya di hadapan ratusan peserta dari sejumlah pesantren dan pegiat media NU se-Jawa Timur.

Pria yang pernah menjadi Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Jawa Timur ini menambahkan, modal besar yang dimiliki NU sudah saatnya ditata dengan baik. Khususnya, dengan mengoptimalkan keberadaan media yang ada. Namun celakanya, hingga kini peluang ini tidak ditangani dengan baik.

“Mengapa tidak memiliki media besar? Karena belum punya tradisi manajemen yang bagus,” keluhnya. 

Dirinya kemudian membandingkan bagaimana saat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden RI, nyatanya belum mampu menghidupkan media cetak yakni koran Duta Masyarakat baru saat itu. Padahal dari sisi jumlah jamaah sangat menggiurkan.

“Karenanya, kasadaran jam'iyah dan jamaah harus diimbangi dengan mengembangkan bisnis media yang dikelola dengan baik,” harapnya.

Apalagi saat ini perkembangan teknologi informasi berkembang sangat pesat. Pada saat yang sama, konten keislaman dapat dibuat oleh santri dan kalangan terpelajar NU lainnya yang stoknya demikian berlimpah.

“Kalau konten Islam moderat terus kita produksi, maka dengan dibantu kalangan profesional dan menejemen yang baik, maka NU dapat memimpin di era ini,” tegasnya. Di ujung paparan, Pak Arif menyarankan akan bisnis media NU dikelola dengan model waralaba atau franchise

“Yang cocok dikembangkan di NU adalah model franchise karena jumlah santri luar biasa yang dapat menjadi sindikasi dengan bisnis media. Kalau ini dapat dilakukan, akan mengalahkan media arus utama,” pungkasnya.

Halaqah media NU dan pesantren se-Jatim ini antara lain menghadirkan Riadi Ngasiran, Hamdan Hamedan, Ustadz Fariz Khoirul Anam, Sururi Arumbani, dan Ahmad Najib AR.

Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Musthofa Asrori