Nasional

Kemajuan Teknologi, Perempuan Ulama Harus Baca Situasi dan Kondisi

Sel, 11 Agustus 2020 | 11:30 WIB

Kemajuan Teknologi, Perempuan Ulama Harus Baca Situasi dan Kondisi

Halaqah Perempuan Ulama membincang literasi pesantren. (Foto: Dok. PSP)

Jakarta, NU Online
Dakwah di media sosial saat ini sudah tidak diragukan lagi kemasyhurannya. Oleh karena itu, kemajuan teknologi harus dapat diimbangi juga dari dunia pesantren. Perempuan ulama dituntut  untuk dapat membaca situasi dan kondisi.


Hal ini disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Pandanaran Yogyakarta, Nyai Ainun Hakiemah dalam Halaqah Virtual Perempuan Ulama 2020 bertema Dakwah di Media Sosial dan Penguatan Literasi Pesantren. Kegiatan ini digelar secara daring oleh Pusat Studi Pesantren (PSP), Senin (10/8).


Nyai Ainun mengatakan, teknologi saat ini sudah semakin maju. Oleh sebab itu, orang-orang pesantren harus terbuka dengan segala literasi yang ada. “Dengan membaca zaman dan waktu, menjadi penting bagi kita,” ungkapnya.


Ia menambahkan, pada zaman sekarang tidak dapat bersikap pasif. Konteks keadaan, situasi, dan kondisi harus dibaca sekaligus dicarikan solusinya. Oleh karena itu, berpikir rasional sangat dibutuhkan.


Nyai Ainun mengungkapkan, bahwa tradisi aristokrat akan dapat mengalahkan latar belakang pendidikan yang dimiliki perempuan ulama. 


“Kalau seperti ini terus menerus maka dunia pesantren akan hambar. Itulah mengapa perlu seorang Nyai terbuka menyampaikan wacana-wacana agama. Sehingga pesantren tidak akan tergilas zaman,” tandasnya.


Hal senada diungkapkan oleh pemilik Neswa.id Yogyakarta, Rika Iffati Farihah. Ia menerangkan bahwa tantangan sekarang dan masa depan bangsa adalah dunia digital. 


“Oleh karena itu, sangat penting kontribusi perempuan ulama. Sebab, ini akan memberi pengaruh besar,” jelas Rika, sapaan akrabnya.


Menurut dia, era digital seharusnya menjadi masa transisi yang bagus. Sebab, masa transisi itu menjadi peluang bagi perempuan ulama untuk mencoba berperan lebih di mata publik. Ini sekaligus sebagai ajang mengekspresikan diri bagi para ibu nyai.


“Saat ini sudah lumayan ada beberapa website, konten video, dan lain sebagainya dari dunia pesantren, khususnya perempuan ulama,” terangnya.


Selain itu, lanjut dia, perempuan ulama dapat memanfaatkan aplikasi yang serba canggih. Bisa juga dengan cara menulis atau menuangkan ide dan gagasan yang berkecamuk di kepala lalu mempublikasikan tulisannya itu. Kini, sudah tiba saatnya menyuarakan peran perempuan.


Ia berharap, perempuan-perempuan di dunia pesantren dapat memberikan motivasi untuk mau terlibat dalam mengisi dunia digital. Agar khazanah pesantren tidak hilang begitu saja.


Dakwah Digital
Pada kesempatan yang sama, Pengasuh Pesantren Bumi Cendekia Yogyakarta, Nyai Rindang Farihah, juga menyampaikan pendapat mengenai pentingnya dakwah digital.


“Dakwah digital sudah menjadi tren dan alternatif saat ini. Karena dapat menjangkau seluruh masyarakat dengan sangat cepat,” ungkap Nyai Rindang.


Ia menuturkan, dakwah digital saat ini telah menjadi konsumsi warga NU. Namun, ia juga menyayangkan, perempuan NU masih banyak yang tertatih-tatih dalam mengikuti zaman digital terkait penyediaan konten keagamaan.


“Sebenarnya kita sadar dan resah. kita tidak dapat menghentikan konten-konten yang tidak moderat. Ini menjadi PR. Tapi kita tidak dapat berbuat banyak. Saya pribadi bahagia karena ada warga NU yang masih berusaha eksis dengan SDM dan koneksi yang terbatas,” ungkapnya.


Menurut istri Ketua PBNU KH Imam Aziz ini, dakwah digital dapat membangun pemikiran kritis para santri. Dengan adanya media tersebut, santri dapat menyaring informasi. “Ini yang harus kita bangun terus-menerus,” pungkasnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori