Nasional

Ketika NU dan Muhammadiyah Diminta Idul Fitri Bersama oleh Jusuf Kalla

Ahad, 23 April 2023 | 06:00 WIB

Ketika NU dan Muhammadiyah Diminta Idul Fitri Bersama oleh Jusuf Kalla

Umat Islam di Banyumas Jawa Tengah pada pelaksanaan shalat Idul Fitri 1444 Hijriah. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Tahun 2023 ini, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah kembali mengalami perbedaan dalam menentukan 1 Syawal 1444 Hijirah. Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada 21 April 2023, sedangkan NU menetapkan 1 Syawal jatuh pada 22 April 2023.


Soal perbedaan hari pertama Idul Fitri ini, ada kisah menarik dari Kiai Hasyim Muzadi dan Prof Din Syamsuddin ketika diminta untuk menyeragamkan antara Idul Fitri NU dan Muhammadiyah. Begini kisahnya:


Ketika itu Kiai Hasyim Muzadi (Ketua Umum PBNU 1999-2010) dan Prof Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015) dipanggil oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk 'mengkompromikan' Idul Fitri yang ketika itu lagi-lagi berbeda antara NU dan Muhammadiyah.


"Ini gimana NU dan Muhammadiyah, masa ndak bisa jadi satu hari rayanya? Repot masyarakat kalau begini," kataJusuf Kalla kepada Kiai Hasyim.

 

"Caranya bagaimana, Pak?" tanya Kiai Hasyim pada Jusuf Kalla.


"Ya kompromilah," tegas Jusuf Kalla. "Bagaimana kalau Muhammadiyah turun satu derajat, NU-nya naik satu derajat," lanjut Yusuf Kalla.


Kemudian Kiai Hasyim menjawab bahwa hal itu tidak bisa dilakukan, sebab yang bisa dilakukan adalah pengertian kepada seluruh Umat Islam bahwa perbedaan itu terbuka dan memang ada. "Ini tidak mengada-ada karena shalatnya sama, (hanya) tanggalnya yang tidak sama," kata Kiai Hasyim.


Sebenarnya perbedaan penetapan ini bukanlah hal yang asing bagi umat Islam di Indonesia. Tercatat selama 25 tahun terakhir ada lima kali perbedaan penetapan Idul Fitri antara NU dan Muhammadiyah. 

 

Pada tahun 1998 Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal pada 29 Januari 1998, sedangkan NU satu hari setelahnya, yaitu pada 30 Januari 1998. Kemudian pada tahun 2002 kejadian serupa terulang kembali. Muhammadiyah menetapkan hari lebaran pada 5 Desember 2002. NU menetapkan hari lebaran satu hari selepasnya, 6 Desember 2002.


Hal yang sama kembali terjadi pada tahun 2007. Muhammadiyah merayakan lebaran Idul Fitri pada 12 Oktober 2007, sedangkan NU 13 Oktober 2007.

 

Pada 2011 perbedaan terjadi kembali, Muhammadiyah menetapkan Idul Fitri pada 30 Agustus 2011, kemudian NU menetapkan Idul Fitri pada 31 Agustus 2011. Dan, kali ini perbedaan itu terulang kembali untuk kesekian kalinya.

 

Meski dalam penetapan Idul Fitri NU dan Muhammadiyah mengalami beberapa kali perbedaan, akan tetapi, menurut Kiai Hasyim wawasan keumatan dan wawasan kenegaraannya selalu sejalan dan beriringan di antara keduanya.


"Karena Hadratussyekh Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Ahmad Dahlan ikut mendirikan Republik (ini)," pungkasnya.


Kontributor: Rifki Aritama
​​​​​​​Editor: Kendi Setiawan