Nasional

Ketua Manassa: Perubahan Perlakuan terhadap Manuskrip Akibat Penjajahan

Kam, 30 Juli 2020 | 21:30 WIB

Ketua Manassa: Perubahan Perlakuan terhadap Manuskrip Akibat Penjajahan

Ketua Manassa Munawar Cholil saat berbicara dalam Seminar Hasil Penelitian Tradisi Keagamaan dan Manuskrip yang diinisiasi BLA Jakarta. (Foto: Tangkapan layar)

Jakarta, NU Online
Manuskrip atau naskah kuno pada mulanya begitu erat dengan masyarakat. Ia hadir di tengah mereka, disimpan dalam rumah, menjadi koleksi pribadi atau komunitas tertentu. Hal ini memberikan ikatan yang kuat antara manuskrip dan masyarakat sekitarnya.


"Manuskrip itu memiliki hubungan khusus dan punya fungsi di masyarakat yang digunakan dalam aspek kehidupan sehari-hari," kata Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Munawar Holil, saat didaulat berbicara dalam Seminar Hasil Penelitian Tradisi Keagamaan dan Manuskrip yang diinisiasi Balai Litbang Agama Jakarta, Senin (27/7).


Hal tersebut berubah, lanjut Munawar, semenjak adanya pengaruh Belanda. Sebab, sebagian besar manuskrip disimpan di perpustakaan, museum, dan lembaga tertentu lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri.


Baca juga: Kepala BLA Jakarta: Budaya dan Agama Saling Bersinergi


Kondisi demikian mengubah manuskrip yang pada mulanya memiliki fungsi, persepsi, dan kesakralan tertentu menjadi tidak lagi demikian. Naskah berisi teks tulisan tangan itu tak ubahnya sebagai buku biasa yang sesekali dibuka sebagai sumber referensi. 


"Ketika disimpan di perpustakaan, para peneliti atau orang-orang yang mengkaji naskah memperlakukan naskah atau manuskrip yang ada di penyimpanan itu sudah berbeda lagi. Jadi, ada pergeseran atau perubahan fungsi persepsi peneliti maupun orang lain dalam melihat manuskrip," jelasnya.


Baca juga: Palangkahan, Tradisi Minang Tentukan Hari Baik Berkegiatan


Manuskrip yang berada di perpustakaan, menurut dia, tidak ubahnya seperti buku-buku biasa atau koleksi lainnya. Di Perpustakaan Nasional, misalnya, manuskrip hanya menjadi bagian dari bahan pustaka yang lepas dari konteks kehidupan warga yang hidup di tengah masyarakat.


Lebih lanjut, dosen Universitas Indonesia itu menjelaskan bahwa manuskrip dan tradisi keagamaan saling berhubungan, memiliki relasi yang kuat.


Nilai-nilai agama dan karakter yang terkandung di dalam manuskrip membuat tradisi keagamaan itu masih terus berlangsung selama ratusan tahun sampai sekarang karena memiliki fungsi di dalam kehidupan masyarakat.


Baca juga: Tradisi Maca Syekh, Media Berharap Keberkahan dan Keselamatan


"Kita melihat ada hubungan tradisi keagamaan dan manuskrip karena memang ada nilai-nilai agama dan karakter yang melekat di dalam hubungan tradisi keagamaan dan manuskrip itu," terangnya.


Karenanya, keberadaan tradisi keagamaan hingga saat ini dan seterusnya tidak lepas karena adanya manuskrip. Pun kehadiran manuskrip penting dalam tradisi keagamaan  karena ada nilai-nilai agama dan karakter yang melekat di dalamnya yang memang dibutuhkan oleh masyarakat.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori