Nasional SIMPOSIUM ISLAM NUSANTARA

NU Perlu Buat Pusat Penelitian Manuskrip Nusantara

Ahad, 9 Februari 2020 | 11:00 WIB

NU Perlu Buat Pusat Penelitian Manuskrip Nusantara

Guru Besar Filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Oman Fathurahman (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online
Indonesia saat ini dinilai mulai menjadi kiblat filologi dunia dengan melimpahnya akademisi yang menggeluti bidang tersebut dan ribuan manuskripnya.

Tak ayal, Pengajar Fakultas Islam Nusantara KH Ali M Abdillah menyampaikan perlunya Museum Islam Nusantara yang memuat keragaman khazanah manuskrip Nusantara.

Hal tersebut ia sampaikan pada Sesi Panel 1 Simposium Islam Nusantara yang digelar oleh Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Sabtu (8/2).

"Tentu akan menjadi menarik di momen muktamar NU yang akan dilaksanakan, kalau gagasan Islam Nusantara yang sudah dimunculkan lima tahunan lalu, membuat semacam Museum Islam Nusantara yang di dalamnya ada ragam manuskrip Nusantara," katanya.

Menurutnya, itu akan menjadi destinasi penelitian yang penting mengingat mahasiswa terkadang takut, bingung, dan sebagainya karena belum menemukan naskah.

"Maka, harus diberikan wadah bagaimana potensi ke depan apalagi di Unusia sudah ada fakultas Islam Nusantara," ujar pengurus Jamiyah Ahlit Thariqah al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Jatman) itu.

Sinergitas antara para tokoh ahli manuskrip, menurutnya, perlu dibentuk untuk merumuskan museum tersebut.

Menjawab tanggapan atas paparannya itu, Guru Besar Filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Oman Fathurahman menyampaikan hal senada.

"Saya sarankan dalam muktamar ini, PBNU harus memfasilitasi center of excellence sumber tekstual, tidak hanya manuskrip saja," ujar akademisi alumnus Pondok Pesantren Cipasung dan Haurkuning, Tasikmalaya itu.

Ia meyakini tidak ada ormas lain yang tertarik untuk membuat hal tersebut selain Nahdlatul Ulama. Menurutnya, NU adalah ormas yang paling otoritatif untuk menghimpun khazanah sumber primer Islam Nusantara itu. Sebab, sampai saat ini, menurutnya, belum ada satu lembaga pun di Indonesia yang berupaya untuk melakukan hal tersebut.

Selain Oman, Panel 1 Simposium Islam Nusantara ini juga diisi oleh Pengajar Fakulas Islam Nusantara Unusia Ulil Abshar Abdalla, Visiting Fellow Sekolah Studi Internasional Rajaratnam Universitas Teknologi Nanyang Syafiq Hasyim, dan Arkeolog Universitas Indonesia Ali Akbar.

Pemaparan para narasumber itu ditanggapi oleh para pengajar Fakultas Islam Nusantara Unusia. Selain Kiai Ali Abdillah, hadir pula para filolog M Adib Misbahul Islam, Mahrus El Mawa, dan Ahmad Ginanjar Sya'ban.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi