Nasional

Ketua NU Jatim: Kekayaan Islam Nusantara Harus Dipertahankan

Sen, 17 Februari 2020 | 00:30 WIB

Ketua NU Jatim: Kekayaan Islam Nusantara Harus Dipertahankan

KH Marzuki Mustamar saat mengisi kajian rutin di aula MTs Ma’rif Udanawu, Blitar. (Foto: NU Online/panitia)

Blitar, NU Online
Komitmen kenusantaraan sebetulnya sebagai konsekwensi komiten menjaga Ahlussunah wal Jama’ah atau Aswaja. Hal tersebut sebagai bagian tidak terpisahkan di samping harus membela negara. 
 
Penjelasan disampaikan KH Marzuki Mustamar bahwa di Nusantara dan Negara Kesatuan Republik Indoenesia (NKRI) tersimpan ribuan masjid, kitab Aswaja beserta sanad serta hizib, prasasti sejarah kewalian, pesantren, dan lainnya. Kondisi ini harus dipertahankan dari kepunahan yang akan dilakukan kelompok seperti yang terjadi di Timur Tengah. 
 
“Kitab Shahih Buchari dan makna beserta sanadnya masih utuh di negeri ini. Hizib dan kitab Aswaja asli masih utuh. Belum lagi ribuan masjid, pesantren dan makam para wali. Ini kalau di Timur Tengah sudah amblas sejak dulu dihancurkan. Maka perlu dipertahankan,’’ kata Ketua Pengurus Wilayah  Nahdlatul Ulama Jawa Timur ini, Ahad (16/2).
 
Disampaikannya, kalau mau menelaah kitab Shahih Buchari dapat datang ke Pesantren Lirboyo, Tremas, Sidogiri dan lainnya. Semua masih lengkap beserta sanadnya. Bahkan hizib-hizibnya utuh semua.  
 
Penegasan disampaikan Kiai Marzuki, sapaan akrabnya di hadapan ribuan nahdiyin pada acara Rutinan Ahad Pahing. Kegiatan diselenggarakan Pimpinan Anak Cabang  (PAC) Ansor dan Fatayat NU Kecamatan Udanawu di aula MTs Ma’rif Udanawu, Blitar.
 
Untuk itu, lanjut kiai kelahiran Karangsono Kanigoro Blitar itu, mengapa warga NU bersama komponen yang lain mati-matian mempertahan NKRI dan bumi nusantara, adalah dalam rangka itu.
 
“Apa sampean mau semua aset dan ajaran Ahlussunah wal Jama’ah hilang dari bumi yang aman damai ini? Kalau tidak, ayo pertahankan negeri tercinta dengan hubbul wathan minal iman,’’ tegas Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad  Kota Malang tersebut.
 
Menurut tokoh yang baru saja mendapat pin perdamaain dunia itu, Nabi Muhammad SAW juga sangat cinta tanah airnya yakni Makkah al-mukarramah dan dari suku Quraish. 
 
“Sehingga Nabi saat diperintah hijrah ke Madinah oleh Allah SWT menyatakan sangat cinta terhadap Makkah. Begitu juga ketika berada di Madinah selalu rindu akan tanah airnya,” jelasnya. 
 
Karena itulah, maka Allah memerintahkan arah kiblat shalat dari Baitul Maqdis kembali ke arah Ka’bah yang ada di Makah. Perintah itu dalam rangka sebagai pengobat rasa rindu sang kekasih akan kota kelahirannya.
 
“Jadi, cinta tanah air atau hubbul wathan itu tidak hanya mengikuti Bung Karno, tapi juga mencontoh Nabi. Kesimpulannya kalau Nabi cinta tanah air, nasionalisme dan hubbul wathan, berarti apa yang dilakukan hadliyin dengan cinta tanah air NKRI harga mati itu bagian sunah kanjeng Nabi,” tegasnya. 
 
Kiai Marzuki juga menjelaskan tentang pendirian negara Madinah beserta sahabat tidak hanya untuk umat Islam. Akan tetapi juga agama lain yang ada, termasuk Yahudi dan Nasrani. 
 
“Mereka sepakat mendirikan negara yang damai melalui Piagam  Madinah. Begitu juga dengan Republik Indonesia dibangun dengan rasa kebersamaan. Bersatu membangun negara yang damai adil makmur sesuai yang dicita-citakan,” urainya. Hal tersebut tanpa memandang suku, ras, agama dan bahasa, lanjutnya. 
 
Sehingga, para ulama dan kiai serta tokoh mendirikan negara ini sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi. Yakni dengan tujuan membentuk negara yang aman damai. 
 
“Karenanya, negara ini perlu dipertahankan dengan slogan NKRI harga mati,’’ teranganya.
 
Pada kegiatan rutin yang digelar GP Ansor dan Fatayat NU PAC Udanawu Blitar itu, Rais PCNU Kabupaten Blitar, KH Ardani Ahmad dan Ketua PCNU KH Masdain Rifai Ahyat turut hadir.
 
Ada juga Komandan Corps Provost Banser Nasional,  H Imam Kusnin Ahmad, Ketua MWCNU beserta banom dan ribuan nahdliyin se-Kecamatan Udanawu.
 
“Alhamdulillah, acara sukses dan Kiai Marzuki bisa rawuh memberikan penjelasan tentang Aswaja dan bela negara. Tentunya penjelasan itu menambah wawasan kami tentang wawasan nusantara dan NKRI serta hubbul wathan minal iman,’’ ungkap Ketua Panitia, Moh Syahrul Zakaria. 
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR