Nasional

Ketua PBNU Beberkan 4 Strategi Utama Mencapai Kemandirian Ekonomi Umat

Jum, 17 Maret 2023 | 07:00 WIB

Ketua PBNU Beberkan 4 Strategi Utama Mencapai Kemandirian Ekonomi Umat

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hj Alissa Qotrunnada Wahid saat menyampaikan sambutan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) Paripurna XIX BMTNU Jawa Timur, Kamis (16/3/2023). (Foto: Tangkapan layar Youtube BMTNU Jatim)

Sumenep, NU Online 
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hj Alissa Qotrunnada Wahid menyebutkan empat strategi utama dalam mencapai kemandirian ekonomi umat, yaitu pengembangan sumber daya ekonomi perkumpulan, peningkatan ekonomi warga, penguatan ekonomi pesantren, dan peningkatan ekonomi kelompok khusus.


Terkait poin nomor satu, putri sulung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan, di dalam peraturan perkumpulan NU, seluruh pengurus NU di tingkat wilayah ataupun cabang harus memiliki inisiatif mengembangkan ekonomi warga. Karena akan menentukan akreditasi penggolongan struktur di organisasi.


“Untuk meningkatkan ekonomi warga, Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Nuansa Umat terus mengembangkan inovasi yang memberikan manfaat pada jamaah. Kendati keuntungannya tidak besar, asalkan manfaatnya dirasakan oleh warga,” ucapnya pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) Paripurna XIX BMTNU Jawa Timur, Kamis (16/3/2023).


Selain itu, ia mengimbau untuk mendorong pesantren agar memiliki mesin ekonomi yang kuat, sehingga tidak bertumpu pada bantuan atau sumbangan alumni. Misalnya memiliki badan usaha pesantren. Jika sudah memiliki, maka pengelola memikirkan pelayanan inisiatif usaha ekonomi bagi warga di sekitar pesantren.


“Jangan sampai badan usaha pesantren besar, tapi mematikan usaha ekonomi warga di sekitar pesantren. Mohon doanya, saat ini kami bekerja sama dengan Kementerian Agama RI untuk mengembangkan ekonomi pesantren,” harapnya pada audien yang berkumpul di aula gedung Graha NUansa Gapura, Sumenep, Jawa Timur.


Ia mengingatkan untuk memperhatikan dan menyejahterakan warga di kelas bawah, seperti nelayan, petani, petani garam, khususnya perempuan. Mereka membutuhkan kehadiran NU guna mengangkat ekonominya.


Berdasarkan riset, lanjutnya, perempuan itu tahan banting. Saat krisis ekonomi pada tahun 1998, perempuanlah yang menjadi ujung tombak memulihkan ekonomi keluarga. Melibatkan dan mengembangkan potensi perempuan, sama halnya memperkuat ekonomi keluarga. Yang paling penting adalah tidak melupakan dan mengenyampingkan warga NU yang disabilitas. Baginya, mereka membutuhkan bantuan untuk mengembangkan potensinya agar bisa hidup sama dengan orang-orang yang normal.


“Kami ingatkan lagi, keyword dalam kemandirian ekonomi adalah perkumpulan harus punya sumberdaya ekonomi, warganya harus mengalami kesejahteraan ekonomi, pesantren memiliki peningkatan kesejahteraan, dan memperhatikan kelompok khusus,” tuturnya.


Perempuan yang kini menjadi Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia ini mengutarakan, untuk mematangkan arah strategi penguatan kesejahteraan ekonomi warga, BMTNU harus menjadi ruang dan media agar terwujud kemadirian ini.


“Mudah-mudahan tidak hanya memberikan modal, tetapi pengelola membantu mengolah usahanya agar ekonomi warga NU terwujud. Pengelola tetap menjaga akarnya, yakni BMTNU ada di jamiyah. Secara fenomenologis, di saat yang mendirikan masih mengelola, menjaganya mudah. Artinya, urusan hubungan BMT dengan NU, bisa dijaga. Mari kita atur dengan konkret agar orang yang meneruskannya tidak akan lupa bahwa BMT dimulai dari NU untuk warga NU,” tandasnya.


Kontributor: Firdausi
Editor: Syamsul Arifin