Nasional

Ancaman Resesi 2023, Begini Kata Pengamat Ekonomi

Rab, 4 Januari 2023 | 19:30 WIB

Ancaman Resesi 2023, Begini Kata Pengamat Ekonomi

Keterkaitan dan dampak perekonomian global terhadap perekonomian Indonesia tidak bisa dipandang kecil, terutama melalui jalur ekspor dan impor. (Foto: ilustrasi/freepik)

Jakarta, NU Online

Perekonomian global diprediksi menghadapi tantangan yang semakin berat tahun 2023. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memprediksi sepertiga negara di dunia akan terjerumus dalam resesi ekonomi pada tahun 2023. Hal itu disebabkan karena tiga negara dan kawasan perekonomian terbesar, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China mengalami perlambatan secara serentak.


Apakah Indonesia juga akan berpotensi mengalami resesi ekonomi tahun 2023? Resesi ekonomi adalah kemunduran perekonomian di wilayah tertentu. Negara disebut mengalami resesi jika pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal secara berturut-turut.


Anggota pengurus Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU), Amrullah Hakim mengatakan perekonomian Indonesia relatif tak terlalu berhubungan dengan perekonomian global. Namun, keterkaitan dan dampak perekonomian global terhadap perekonomian Indonesia tidak bisa dipandang kecil, terutama melalui jalur ekspor dan impor.


"Indonesia sangat bergantung dengan domestik. Kalau lihat lalu lintas perdagangan ekspor impor itu hanya 25 persen. Hal ini berbeda dengan negara Singapura, benar-benar murni bergantung dengan dunia luar mereka bisa lebih ambil 100 persen dari volume ekspor-impor. Hampir 2 kali lipat dari pada domestik," terang Amrullah kepada NU Online, Rabu (4/1/2023).


Dampaknya, jika negara lain runtuh (ambruk) maka Singapura cepat runtuh (ambruk), begitu pun sebaliknya ketika dunia pulih maka Singapura cepat pulih. Hal ini berbeda dengan di Indonesia pemulihan akan sedikit lebih lambat.


"Misalnya sekarang China telah mencabut Zero Covid Policy sehingga demand-nya akan naik.  Negara Singapura akan cepat pulih kita mungkin agak lama pulihnya," ungkapnya.


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut tantangan ekonomi Indonesia ke depan terus berdatangan dan Indonesia telah belajar menghadapi ketidaktahuan dan ketidakpastian ekonomi, terutama ketika menghadapi pandemi Covid-19. Indonesia mampu menghadapi dengan segala kemampuan dan resiliensinya melalui koordinasi di sektor fiskal, moneter, maupun riil.


"Ya memang benar Indonesia bisa belajar dari masa lalu mampu menghadapi pandemi Covid-19, namun kita tidak bisa menebak masa depan. Itu yang penting," tegasnya.


Amrullah mengungkap, keyakinan itu boleh akan tetapi dalam memformulasikan kebijakan fsikal, moneter pemerintah harus tetap berhati-hati karena tantangan ke depan nyata terjadi.


"Memang pandemi sesuatu yang drastis tetapi kita tidak tahu ke depan ekonomi Indonesia akan seperti apa. Misalnya China sudah cabut zero Covid-19 ke depannya dari masa transisi, impack-nya akan sampai ke kita seperti apa. Utamanya produksi minyak dan gas bumi yang turun. Bagaimana menyiasatinya? Apakah kita akan memberi intensif untuk perusahaan migas untuk bisa mencari minyak dengan lebih banyak," ucapnya.


Ia mengingatkan pemerintah agar tetap waspada hadapi ancaman krisis ekonomi global. "Enam bulan ke depan pengaruhnya sangat besar kita meski kemarin sempat baik dengan ada komoditas kain sehingga APBN tertolong, tapi tahun depan nggak ada lagi karena efek resesi baru akan terasa di 6 bulan pertama tahun 2023," jelasnya.


Ancaman resesi di tahun 2023 menjadi isu yang paling sering didengar belakangan ini. Banyak faktor yang membuat ancaman kemerosotan ekonomi ini bisa terjadi. Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani bahkan terus mengingatkan terkait ancaman resesi tersebut. Dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (20/12/2022), Sri Mulyani mengatakan dampaknya terlihat dalam pertumbuhan ekonomi.


Sederet lembaga multilateral memperkirakan ekonomi Indonesia tahun depan akan lebih rendah dari 2022.


"Tahun depan forecast ekonomi Indonesia agak lebih rendah dibandingkan tahun ini karena environment global akan melemah secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia tahun depan," kata Sri Mulyani.


Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2023 sebesar 5 persen, Bank Dunia 4,8 persen, ADB 5 persen, dan OECD 4,7 persen.


Tekanan paling besar akan terasa dari sisi ekspor, sebab mitra dagang utama Indonesia alami perlambatan hingga resesi ekonomi. Amerika Serikat (AS), Eropa dan China adalah tiga di antaranya.


Sri Mulyani mengatakan, pemerintah akan mengoptimalkan mesin pertumbuhan lainnya, seperti konsumsi, investasi dan belanja pemerintah. "Kita punya sumber lain yang bisa dioptimalkan," ujarnya.


Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan