Nasional

Ketum PBNU: Kerja Sama dengan Banyak Pihak Bukan Agenda Utama NU

Sab, 23 April 2022 | 17:30 WIB

Ketum PBNU: Kerja Sama dengan Banyak Pihak Bukan Agenda Utama NU

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) baru saja menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas dan Kementerian Agama, pada Peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid Pesantren Daarul Rahman Jakarta, pada Jumat (22/4/2022) malam.  


Ia menyebutkan bahwa saat ini NU tengah membangun kerja sama dengan banyak pihak, terutama pemerintah melalui kementerian-kementerian. Meski begitu, Gus Yahya tetap mengingatkan para pengurus bahwa kerja sama dengan banyak pihak itu bukanlah agenda utama bagi NU. Sebab agenda utama NU adalah soal keagamaan.


Kerja sama yang telah dijalin oleh PBNU di antaranya dengan Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian BUMN, serta Komisi  Pemberantasan Korupsi (KPK).


PBNU juga sedang memproses format kerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan serta Kejaksaan Agung. Gus Yahya menyebut, masih ada sejumlah kementerian lain yang masih menunggu proses untuk menjalin kerja sama dengan NU.


Alhamdulillah, saat ini, NU menjadi aktor yang berperan sangat signifikan di tengah dinamika kemasyarakatan, bangsa dan negara ini, sehingga hampir semua jajaran pemerintahan, merasa butuh untuk bekerja sama dengan NU,” ungkap Gus Yahya.


Beberapa hari lalu, Gus Yahya menerangkan, telah terselenggara peluncuran kerja sama vaksinasi booster antara NU, Polri, dan Kemenag RI untuk seluruh masyarakat se-Indonesia. Program itu telah berhasil mencapai lebih dari 1,3 juta vaksinasi di seluruh Indonesia dalam waktu satu hari dan masih terus berlangsung hingga menjelang Idul Fitri.


“Tetapi perlu kami ingatkan, khususnya kepada para pengurus NU, program-program yang kita kerjakan menyangkut agenda-agenda sosial ekonomi ini sesungguhnya adalah agenda-agenda sekunder atau nomor dua bagi NU. Perlu kita semua ingat, agenda utama dari NU tetap adalah agenda keagamaan,” tegas Gus Yahya.


Agenda utama NU adalah membangun kehidupan beragama di antara umat Islam, menghadirkan Islam sebagai agama yang membawa maslahat bagi seluruh umat manusia, dan memberikan panduan bagi umat di dalam menjalankan agama dengan sebaik-baiknya. Menurut Gus Yahya, upaya membangun pandangan keagamaan yang kokoh bagi umat adalah tujuan didirikannya NU.


Gus Yahya kemudian mengutip Khutbah Iftitah Rais Akbar Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari yang diabadikan sebagai pembukaan Qanun Asasi Perkumpulan NU. Pada khutbah iftitah itu, Kiai Hasyim menyerukan dan mengajak kepada semua ulama Ahlussunnah wal Jamaah dari ke empat mazhab, bersama semua pengikutnya, yang fakir dan kaya, untuk bergabung di jamiyah NU.


“Ulama yang diajak bergabung ini adalah mereka para pemangku agama yang menerima estafet dari ilmu-ilmu agama dari pendahulunya dengan sanad yang bersambung hingga kepada Rasulullah,” ucap Gus Yahya.


“Ini adalah wujud perintah atau peringatan dari Rasulullah, kita tidak boleh mengambil agama sembarangan. Kita harus berhati-hati di dalam mengambil agama untuk kita ikuti, kita jadikan panduan dan pedoman di dalam menjalankan agama ini,” imbuhnya.


Para ulama yang diajak bergabung ke dalam NU adalah orang-orang yang sejak awal sangat hati-hati di dalam mengambil agama. Para ulama ini merupakan gudang-gudang dan pintu-pintu ilmu agama. Gus Yahya mengutip ungkapan Kiai Hasyim, "Janganlah masuk rumah kecuali lewat pintu. Kalau ada orang masuk rumah tidak lewat pintu, itu disebut sebagai maling."


“Agama yang dipelajari oleh para ulama ini, bukan sembarang ilmu seperti yang bisa kita baca dari internet. Ini adalah agama dengan sanad yang muttashilah, menghubungkan kita semua dengan guru-guru kita, guru kita dengan guru-guru pendahulu hingga kepada Rasulullah,” ungkapnya.


“Saya ingatkan kepada jajaran PBNU, kita berkhidmah kepada agama. Kita melakukan semua ini tidak untuk mengembangkan ekonomi saja, tidak untuk membantu masyarakat di dalam hajat-hajat hidup sehari-hari mereka saja, tapi kita berkhidmah untuk agama,” tegas Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Jika saat ini PBNU melakukan berbagai agenda dan program yang terkait dengan ekonomi dan kemasyarakatan maka hal tersebut adalah bagian yang harus bersambung pada khidmah diniyah (pelayanan keagamaan).


“Program perekonomian ini adalah program yang bersambung kepada khidmah diniyah. Program kemasyarakatan yang kita kerjakan harus bersambung sebagai strategi untuk khidmah diniyah, tidak boleh terputus sama sekali,” pungkasnya.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin