Nasional

Kiai Ahsin Sakho: Tugas Manusia Menjadi Khalifah di Bumi tanpa Dzalim dan Kesombongan

Kam, 10 Juni 2021 | 16:30 WIB

Kiai Ahsin Sakho: Tugas Manusia Menjadi Khalifah di Bumi tanpa Dzalim dan Kesombongan

KH Ahsin Sakho Muhammad (Foto: dok istimewa)

Jakarta, NU Online

Allah SWT menjadikan m​​​​​anusia sebagai khalifah di muka bumi. Karena itu Allah akan senang jika manusia dapat menjalankan tugas kekhalifahannya. Di antara pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia di bumi adalah dengan memakmurkan serta menggali manfaatnya.
 

Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Qur'an Arjawinangun Cirebon, KH Ahsin Sakho Muhammad menyampaikan hal itu saat mengisi Pesantren Digital Majelis Taqwa Telkomsel (MTT), Kamis (10/6).

 

"Allah mengajarkan kepada Nabi Adam nama-nama benda dan apa yang dibutuhkan manusia, sekaligus juga itu adalah cara Allah menjadikan manusia sebagai khalifah fil ardl (seorang khalifah di bumi), manusia yang berilmu pengetahuan," kata Kiai Ahsin pada kajian bertema Pelajaran dari Kisah Nabi Adam AS.


Tugas kekhalifahan manusia di muka bumi juga menandakan perintah Allah agar manusia terus mengembangkan pengetahuan serta terus belajar sampai kapan pun. 

 

Menurut Kiai Ahsin, membangun dan memajukan dunia digital seperti yang dilakukan Telkomsel juga bagian dari tugas kekhalifahan. Terlebih dunia digital juga dimanfaatkan manusia untuk beribadah, menutut ilmu pengetahuan, memudahkan manusia dalam aktivitas positif, dan semakin dekat kepada Allah.

 

Tidak hanya oleh umat Muslim, non-Muslim pun, seperti orang-orang Barat yang berinovasi dan menciptakan produk-produk baru, itu merupakan bagian dari menjalankan tugas kekhalifahan. Kiai Ahsin menyebutkan di negara-negara maju, mereka disiplin serta antusias mengembangkan ilmu pengetahuan.

 

Hal yang dilarang adalah jika dalam menjalankan tugas kekhalifahannya, manusia berbuat kedzaliman, kerusakan, dan kesombongan. Kiai Ahsin menyebutkan, malaikat melayani manusia, seperti menurunkan dan menjaga tidur serta menjaga anak-anak saat masih kecil. Malaikat diciptakan oleh Allah untuk taat, termasuk tunduk dan melayani manusia. Namun, berbeda dengan iblis yang membangkang perintah Allah karena merasa lebih hebat.


Alasan iblis membangkang perintah tersebut, menurut Kiai Ahsin sangatlah tidak logis. Iblis menolak menghormati manusia karena Allah menciptakan Nabi Adam dari tanah, sementara iblis tercipta dari api, sehingga iblis merasa lebih tinggi dari Adam.

 

"Kok asal usul diciptakan digunakan untuk membandingkan keunggulan? Enggak bisa," kata Kiai Ahsin kemudian menganalogikan bahwa dalam komponen mobil terdapat mesin, rem, ban dan lainnya, dan tidak mungkin salah satu yang diunggulkan tanpa kelengkapan lainnya.

 

Contoh kesombongan lainnya adalah yang dilakukan Firaun dan Qarun. Firaun sombong karena merasa sebagai Tuhan. Sementara Qarun takabur dengan harta bendanya, hingga Allah menguburkan harta bendanya itu. Qarun menganggap dirinya bisa memiliki harta adalah karena kehebatan, kepintaran, kecerdasaannya, menolak bahwa itu semua pemberian Allah.

 

"Allah enggak senang, karena yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan adalah Allah, mengalirkan air Allah SWT," ujar Rais Majelis Ilmi JQHNU ini.

 

Dari kisah-kisah tersebut, Kiai Ahsin kembali mengingatkan adanya pesan-pesan kepada khalifah. "Semua orang adalah khalifah, baik yang Muslim maupun non-Muslim. Setiap manusia di bumi memiliki kesempatan untuk menjadi khalifah fil ardl. Ada manusia yang sanggup meneliti alam semesta, hanya masalahnya ingat Allah atau tidak?" Kiai Ahsin mengajak merenung.

 

"Jangan menjadi orang yang tahu rahasia alam semesta, keanekaragaman hayati dan lainnya, tapi tidak ingat dan tidak bersyukur kepada Allah," ujarnya lagi.


Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori