Nasional

Kiai Kafabihi Lirboyo Ungkap Rahasia Kesalehan Putra-Putri Kiai Askandar Banyuwangi

Sab, 26 November 2022 | 14:00 WIB

Kiai Kafabihi Lirboyo Ungkap Rahasia Kesalehan Putra-Putri Kiai Askandar Banyuwangi

Pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Abdullah Kafabihi Mahrus saat berbicara pada haul ke-2 Kiai Noer Iskandar SQ di Jakarta. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Abdullah Kafabihi Mahrus mengungkap rahasia di balik saleh dan salehahnya anak dari KH Askandar (pendiri Pesantren Manbaul Ulum Berasan, Banyuwangi, Jawa Timur) adalah dengan memperbanyak sedekah dan memasukkan anak-anak beliau ke pesantren.


Hal ini disampaikannya dalam puncak acara Haul ke-2 KH Noer Muhammad Iskandar (Kiai Noer) di Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta.


“Jika kita mengenang almaghfurlah Kiai Noer Iskandar, kita menengok sejarah bapak beliau, almaghfurlah Kiai Askandar,” kata Kiai Kafa memulai pidato.


“Jadi, Kiai Askandar itu putranya banyak. Namun, yang menakjubkan anak-anaknya minal ulamail amilin minas shalihin was shalihat (menjadi ulama yang mampu mengamalkan ilmunya juga saleh dan salehah). Ini kan luar biasa. Apa rahasianya,” sambung salah satu Rais Syuriah PBNU ini.


Putra ke-12 dari KH Mahrus Aly dan Nyai Hj Zainab itu kemudian menceritakan bahwa awalnya Kiai Askandar mempunyai usaha bisnis yang sukses. Kemudian beliau bertemu dengan Mbah Wali Hasan (KH Muhammad Hasan Basri) dari Buntet. Oleh Mbah Hasan, Kiai Iskandar dinasihati agar mengaji. Lantas, beliau sadar. Lalu fokus mengaji dan meninggalkan bisnisnya.


“Informasinya (terkait) dunianya (bisnisnya), hartanya disedekahkan,” imbuh Kiai kelahiran 1960 yang akrab disapa Gus Kafa tersebut.


Mengapa sedekah bisa menjadi rahasia anak saleh dan salehah? Kiai Kafa menjelaskan, jika harta tidak disedekahkan, maka akan menjadi tidak jelas arahnya. Menjadi warisan dan habis begitu saja. Bahkan, berpotensi menjadikan sebab putusnya rasa sayang antarsaudara dan lainnya.


“Coba kalau hartanya orang kaya itu tidak disedekahkan. Ini bisa diwaris habis, terus turunannya tidak jelas. Bahkan, harta bisa menjadikan rahim (kasih sayang) putus dan lain-lain,” tegas Kiai Kafa.


Terkait dengan nasihat mengaji, Kiai Kafa mengatakan bahwa sebaik-baik orang sibuk, yaitu sibuk dengan ilmu, mengajarkannya, dan mengamalkannya. Kunci semua keutamaan itu ada pada ilmu. Sebab ulama lah yang menyampaikan tentang keutamaan sedekah, zakat, jihad dan lain-lain.


Santri KH Dimyathi Rois tersebut juga menuturkan bahwa rahasia lain dari saleh dan salehahnya anak-anak KH Askandar adalah memasukkan mereka ke pesantren.


“Jadi kalau orang ahli sedekah, dan anaknya dipondokkan di pesantren salaf. Insyaallah anaknya minal ulamail amilin minas shalihin was shalihat (menjadi ulama yang mampu mengamalkan ilmunya juga saleh dan salehah),” tambah Kiai Kafa pada haul yang digelar pada Rabu (23/11/2022) itu.


“Mudah-mudahan Kiai Noer Iskandar, anak-anaknya minas shalihin was shalihat, minal ulamail amilin, bisa meneruskan perjuangan beliau. Aamiin yaa rabbal aalamin,” pungkas Kiai Kafa diaminkan seluruh hadirin.


KH Noer Muhammad Iskandar SQ (lahir di Banyuwangi, 5 Juli 1955 – wafat 13 Desember 2020/28 Rabi’ul Akhir 1442 H) adalah putra ke-9 dari 11 bersaudara dari pasangan KH Askandar dengan Nyai Hj Robiatun. Kiai Noer dikenal sebagai dai di salah satu televisi nasional.


Selain itu, Kiai Noer Iskandar merupakan pendiri Pesantren Asshiddiqiyah, sebuah lembaga pendidikan dengan memadukan sistem pembelajaran klasik dan modern.


Kini, ada 12 pesantren warisan Kiai Noer yang tersebar di seluruh Indonesia. Yaitu sebagai berikut:

1.    Asshiddiqiyah pusat di Kebon Jeruk, Jakarta Barat
2.    Asshiddiqiyah 2 Batuceper, Tangerang)
3.    Asshiddiqiyah 3 di Cilamaya Wetan, Karawang, Jawa Barat
4.    Asshiddiqiyah 4 di Cilamaya Kulon, Karawang, Jawa Barat
5.    Asshiddiqiyah 5 di Jonggol, Bogor, Jawa Barat.
6.    Asshiddiqiyah 6 di Setu Kota, Tangerang Selatan, Banten


7.    Asshiddiqiyah 7 di Cijeruk, Bogor, Jawa Barat
8.    Asshiddiqiyah 8 di Tungkal Jaya, Musi Banyuasin, Sumatra Selatan
9.    Asshiddiqiyah 9 di Gunung Sugih, Lampung Tengah
10.    Asshiddiqiyah 10 di Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat
11.    Asshiddiqiyah 11 di Gunung Labuhan, Waykanan, Lampung
12.    Asshiddiqiyah 12 di Jonggol, Bogor, Jawa Barat


Kontributor: Mamluatul Hidayah
Editor: Musthofa Asrori