Nasional

Kiai Miftachul Akhyar: Celaka Orang yang Hanya Andalkan Amal

Ahad, 11 September 2022 | 08:00 WIB

Kiai Miftachul Akhyar: Celaka Orang yang Hanya Andalkan Amal

Rais ‘Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengungkapkan bahwa orang yang hidup di dunia hanya dengan mengandalkan amalnya maka akan celaka.


“Kita hidup di dunia bisa merasakan sedih, bahagia, sukses, maupun jatuh. Ketika kita jatuh dan hanya mengandalkan amal, maka akan jatuhlah kita, kehilangan pegangan, menjadi linglung, tidak menemukan sebuah payung ketenangan hidup, mudah stres,” tutur Kiai Miftach dalam tayangan YouTube TVNU berjudul Berpegang Teguh Pada Ketetapan Allah, Jumat (9/9/2022) dilihat NU Online, Sabtu malam.


Menurut Kiai Miftach, amal memang wajib dilakukan. Namun, untuk pegangan hidup haruslah bertawakal hanya kepada Allah swt saja.


“Jika ada orang yang kitab kuningnya sampai tujuh lemari khatam (dibaca), tapi ia justru berpegang teguh kepada selain Allah, maka sebenarnya dia itu bodoh. Ini bukan saya yang bilang. Tapi, kitabnya langsung yang berbicara,” ungkap Kiai Miftach.


Kiai Miftach menyebutkan bahwa di antara orang yang hanya mengandalkan amal dan menganggap amalnya itu yang akan membawa keselamatan dunia akhirat adalah orang yang kehilangan harapannya kepada Allah. Di saat bertemu dengan sesuatu di dunia yang sifatnya buruk dan tidak menyenangkan, pasti tidak akan memiliki pegangan nantinya.


“Oleh karena itu, mulai sekarang kita perkuat keyakinan kita kepada Allah swt. Bukan berarti tidak boleh mengandalkan amal lantas kita tidak perlu beramal. Namun amal tetap wajib dilakukan, seperti shalat, puasa, zakat, tetap wajib, namun tidak boleh dijadikan andalan,” imbuhnya.


Kiai yang pernah menjabat Rais Syuriyah PWNU Jatim itu juga menuturkan bahwa Ibnu Abbad menjelaskan, berpegangan atau terlalu percaya kepada Allah swt itu memang sifat para wali yang harus kita tiru. Sementara berpegangan dengan hal-hal selain Allah seperti amal-amal tadi adalah sifatnya orang yang bodoh.


“Tentu kita tidak ingin dilabeli sebagai orang bodoh. Mudah-mudahan kita semua diberikan nilai tambah dalam kehidupan kita. Semoga kita bisa menyusul para beliau menjadi orang-orang yang arif,” pungkas kiai Miftach.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori