Nasional

Kiai Said: Hubungan Muslim-Non Muslim Sangat Dekat

Sel, 26 November 2019 | 16:30 WIB

Kiai Said: Hubungan Muslim-Non Muslim Sangat Dekat

Keterangan foto: Kiai Said pada acara Tasyakuran Kick Off Pembangunan Gedung Belakang PBNU dan Aplikasi NU Card di lantai 5 Gedung PBNU, Jakarta Pusat. (Foto: NU Online/Husni)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatl Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan, NU sebagai organisasi kemasyarakatan dan keagamaan menjadi salah satu pilar penting bangsa. Kemasyarakatan dalam arti selalu bersama, melindungi, dan membela kepentingan rakyat. Sementara keagamaan berarti gerakan yang menjadikan agama sebagai spirit dalam melakukan kerja-kerja sosial.

 

Namun, Kiai Said menyayangkan adanya sebagian orang yang tidak menyukai NU, Muhammadiyah atau ormas keagamaan lainnya. Pasalnya, kata Said, mereka menganggap bahwa agama tidak boleh dijadikan sebagai gerakan sosial, melainkan seharusnya agama hanya bersifat hubungan antara hamba dan Tuhannya.

 

"Ada orang yang tidak senang kalau agama itu menjadi agenda masyarakat. Bukan antiagama. Anti sih tidak, tapi agama itu berhubungan pribadi dengan Tuhan," kata Kiai Said saat membuka acara Tasyakuran Kick Off Pembangunan Gedung Belakang PBNU dan Aplikasi NU Card di lantai 5 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (26/11).

 

Pembangunan gedung tersebut merupakan kerja sama antara PBNU dan Pengusaha Michael Steven. Michael sendiri seorang non-Muslim. Menyikapi kerja sama dengan non-Muslim itu, Kiai Said tidak mempersoalkannya selama untuk kebaikan bersama atau kepentingan umum. Sebab, katanya, dalam sejarah, banyak sumbangsih dari non-Muslim atau terjadi kerja sama antara Muslim dan non-Muslim.

 

"Banyak dalam sejarah, non-Muslim yang berjasa besar membangun peradaban Islam," katanya.

 

Sejumlah contoh pun dikemukakan Kiai Said. Misalnya, ketika Nabi Muhammad dilempari batu oleh penduduk Thaif, lalu mendapatkan suaka politik dari pembesar kaum musrik, Muth'im bin 'Adi.

 

Contoh lainnya, ialah seorang Ortodoks bernama Yohanes yang membikin sekolah di Palestina. Melalui sekolah itu, Yohanes mengajarkan ilmu seperti filsafat, logika, dan kategori tens dari Yunani kepada umat Islam.

 

“Itu pertama kali orang Islam, orang Arab mendengar logika, kategori tens 9. Walaupun nanti umat Islam mengembangkan, memperluas, menyempurnakan, bahkan apa yang diajarkan oleh Yohanes, lahirlah filosof-silosof Avicenna (Ibnu Sina), Averroes (Ibnu Rusyd), Imam Ghazali, dan seterusnya,” katanya.

 

Selain itu, non-Muslim juga berjasa dalam membangun rumah sakit di Baghdad, Irak pada zaman Khalifah Abbasiyah, Abu Ja'far Al-Mansur. Non-muslim itu bernama Jirjis dan beragama Zoroaster dari Persia.

 

“Ini sedikit sejarah bahwa kerja sama antara kita, orang Islam dan non-Muslim sepanjang sejarah ada. jadi bukan barang baru, bukan hal baru,” ucapnya.

 

Oleh karena itu, katanya menegaskan, kerja sama antara Muslim dan non-Muslim selama untuk kepentingan masyarakat banyak, maka tidak menjadi persoalan.

 

"Jadi selama itu untuk manfaat untuk kebersamaan, membangun kebersamaan, kerja sama dengan siapa pun silakan dibolehkan dalam agama Islam. Yang penting kita untuk membangun kebersamaan, untuk membangun kemaslahatan bersama,” pungkasnya.

 

Pewarta: Husni Sahal

Editor: Aryudi AR