Nasional

Kiai Zulfa Mustofa: Beruntungnya Kita Mengikuti NU

Ahad, 24 Juli 2022 | 23:00 WIB

Kiai Zulfa Mustofa: Beruntungnya Kita Mengikuti NU

Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa. (Foto: YouTube TVNU)

Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Mustofa menjelaskan tentang beruntungnya orang yang mengikuti NU. Sebab, pandangan NU sangat luwes dan luas. Selain itu, karena ajaran NU berdasarkan Ushul Fiqh.


Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara peringatan Haul KH Ruhiyat dan Haul ke-15 KH Moch Ilyas Ruhiyat Cipasung, Tasikmalaya, yang disiarkan melalui YouTube TVNU, Sabtu (24/7/2022).


Menurut Kiai Zulfa, orang yang belajar ilmu Ushul Fiqh bisa membedakan mana yang termasuk ‘adah (kebiasaan), mana yang termasuk mu'amalah (kerja sama), dan mana yang ibadah.


Pada kesempatan yang sama ia juga menceritakan pengalamannya berkeliling dunia. Ia merasakan indahnya budaya yang dapat diterima dalam pandangan NU.


“Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi semua manusia memang benar-benar saya rasakan. Saat pergi ke Korea ada shalawatan Korea. Saat pergi ke China ada shalawatan China, di Pakistan ada shalawat Pakistan,” terangnya.


Kiai Zulfa juga menceritakan pengalamannya bertemu dengan para pemimpin di Afghanistan, yang akhirnya memberikan pemahaman bahwa Taliban berbeda dengan ISIS.


“Banyak persepsi kita yang salah bahwa Taliban itu adalah ISIS. Faktanya, ISIS adalah kelompok yang berbeda dengan Taliban. ISIS hanyalah kelompok minoritas yang ada di sana, sedangkan yang suka mengebom dan membunuh sesama muslim adalah ISIS,” ungkapnya.


Kiai Zulfa menegaskan bahwa banyak orang Indonesia yang terpengaruh oleh ISIS melalui tayangan YouTube dan juga artikel-artikel di Google.


“Saat sholat Jumat di Mesir, para jamaah yang sedang melaksanakan shalat tiba-tiba dilempari bom molotov lalu ditembaki sambil mengucapkan takbir. Itu semua dilakukan oleh kelompok ISIS,” tuturnya.


Kiai Zulfa menerangkan hal tersebut termasuk dalam golongan radikal yang berat. Jika radikal di level bawah biasanya mereka tidak sampai membunuh. Namun, menganggap orang yang berbeda dengan dirinya sebagai musuh.


“Biasanya orang-orang ini menggunakan cara pandang keagamaan yang tekstual (harfiyyah) atau lebih sering dikenal kaku dalam beragama, sedikit-sedikit membid’ahkan orang lain. Contohnya ketika shalawat menggunakan nada Sunda dianggap bid’ah,” ujarnya.


Santri Kiai Sahal Mahfudh Kajen Pati ini menambahkan, menurut golongan tersebut jenis shalawat hanya satu, yaitu allahumma shalli ala Muhammad, wa’alaa ali Muhammad. Tidak boleh ditambahi sayyidina, apalagi yang seperti shalawat Nariyah.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori