Nasional

Komisioner KPAI Ungkap Penyebab Maraknya Perundungan Anak

Kam, 9 Maret 2023 | 09:30 WIB

Komisioner KPAI Ungkap Penyebab Maraknya Perundungan Anak

Komisioner KPAI, Aris Adi Leksono dalam sebuah kegiatan. (Foto: dok NU Online)

Jakarta, NU Online
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aris Adi Leksono mengungkapkan bahwa hingga saat ini dunia pendidikan masih marak ditemukan kasus perundungan yang mengakibatkan korbannya terluka baik secara fisik maupun mental. Hal itu dikarenakan derasnya arus informasi melalui digital yang menjadikan tidak seimbangnya penanaman nilai-nilai karakter dan akhlak yang baik. 


"Derasnya informasi melalui media sosial atau media digital yang tidak seimbang dengan penanaman nilai-nilai, penanaman karakter baik, penanaman akhlak mulia. Tentu di sini peran orang tua sangat menentukan bagaimana untuk memberikan pola asuh yang baik. Bagaimana mengawasi anak-anak, memberikan perhatian kepada anak-anaknya, sehingga satu sama lain bisa saling berkomunikasi dengan baik," kata Aris dalam keterangan tertulis yang diterima NU Online pada Rabu (8/3/2023).


Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang menyenangkan, berubah menjadi tempat yang memprihatinkan. Perundungan dapat mengubah keadaan sekolah yang awalnya menyenangkan menjadi tidak menyenangkan. Dikarenakan perbuatan tersebut dapat melukai fisik dan mengakibatkan korban tertekan secara psikologi. Untuk itu, lanjut Aris, perlu membuat sistem pencegahan untuk menekan kekerasan tersebut.


"Ini menjadi perhatian kita. Perundungan di satuan pendidikan kita akhir-akhir ini memang cukup memprihatinkan. Belakangan KPAI cukup aktif berkoordinasi dengan Kemendikbud maupun Kemenag menyangkut bagaimana membuat sistem pencegahan yang efektif untuk menekan angka kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan," ungkap Aris. 


Aris menjelaskan bahwa kolaborasi antara orang tua dan satuan pendidikan bisa berjalan bersamaan dalam mencegah kekerasan. Pola asuh yang baik diikuti dengan sistem di satuan pendidikan yang mencegah terjadinya perilaku kekerasan antar sesama pelajar menjadi kunci. Untuk itu, pentingnya komunikasi antara orang tua dengan anak dapat membangun kedekatan emosional sehingga dapat mengetahui perasaan yang dialami anak. 

 

"Setidaknya di pagi hari sebelum mereka belajar. Setidaknya di malam hari setelah mereka belajar dan sebelum tidur. Bertanyalah bagaimana pelajarannya, apa yang diajarkan, memberikan nasihat yang positif. Agar tertanam karakter baik dari lingkungan keluarga. Tertanam nilai akhlak mulia di lingkungan keluarga," jelas Aris. 


Lebih lanjut, Aris menegaskan bahwa lembaga pendidikan mempunyai peran penting dalam melakukan pencegahan perundungan yaitu dengan penanaman karakter religius dan sosial. Untuk itu, perlu komitmen dalam mewujudkannya sehingga tumbuh kembang anak dapat terhindar dari tekanan psikologis.   


"Satuan pendidikan itu sendiri harus mewujudkan komitmen bagaimana penanaman karakter. Terutama karakter religius dan karakter sosial. Sehingga anak punya kepedulian, punya rasa empati, mengedepankan kebaikan atas sesamanya. Itu menjadi sangat penting," tutup Aris.