Nasional

Hati-hati, Anak Anda Bisa Jadi Korban Sekaligus Pelaku Perundungan

Ahad, 11 September 2022 | 22:30 WIB

Hati-hati, Anak Anda Bisa Jadi Korban Sekaligus Pelaku Perundungan

Anak bisa menjadi korban sekaligus pelaku perundungan. Perilaku perundungan seorang pelaku bertujuan untuk menghindari perundungan.

Jakarta, NU Online

Pada dasarnya bullying atau perundungan bukan merupakan sikap bawaan sejak lahir. Hanya saja sikap menggertak dan mengganggu orang yang dianggap lebih lemah itu muncul karena adanya dorongan-dorongan tertentu. Anak bisa menjadi korban sekaligus pelaku perundungan.


Seperti yang diungkapkan oleh Yuli Permata Sari dan Welhendri Azwar dalam jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Ijtimaiyya menjelaskan bahwa perilaku perundungan yang dilakukan oleh seorang pelaku bertujuan untuk menghindari perundungan itu tertuju kepadanya.

 

Perilaku ini biasanya sering dilakukan oleh individu untuk melindungi diri dari ancaman dan untuk memenuhi kebutuhan rasa aman pada dirinya.


"Kebutuhan akan rasa aman dapat membuat seseorang bertindak di luar dugaan. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan rasa aman itu berasal dari dalam diri, meskipun stimulus berasal dari luar diri," tulisnya.


Ditambah lagi jika tidak adanya teguran atau peringatan dari lingkungan. Sehingga korban sewaktu-waktu bisa menjadi seorang pelaku apabila situasi mendukung. Hal yang membuat perundungan semakin berlanjut ke tingkat yang mengkhawatirkan adalah ketika korban merespons perundungan tersebut.


"Merespons perundungan tersebut lebih dari apa yang diterimanya. Aksi balas-membalas merupakan tindakan refleks yang dilakukan untuk melindungi dirinya demi terpenuhinya kebutan rasa aman," imbuhya.


Selain itu tujuan lain dari perilaku perundungan adalah adanya motif dendam dan sakit hati kepada korban atas apa yang diterima oleh pelaku. Sehingga dendam itu dilampiaskan melalui perundungan.


Perilaku perundungan yang sering terjadi di sekolah oleh peserta didik, selain untuk menghindari diri dari lingkungan yang tidak nyaman, peserta didik melakukan perilaku perundungan sebagai respon dari stimulus negatif yang dia terima dan menyebabkan sakit hati, baik stimulus negatif dari individu, maupun dari situasi itu sendiri.


Hal lain yang mendasari terjadinya perundungan adalah adanya lingkungan yang inferior dan superior. Dosen Psikologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus, Farida juga menyebutkan hal tersebut cukup mendasari kejadian Bullying.


"Relasi inferior adalah ketika suatu pihak merasa lebih rendah dibanding pihak lain, sedangkan superior yaitu pihak yang merasa lebih tinggi dan berkuasa atas segalanya," paparnya kepada NU Online Jumat (9/9/2022) lalu.


Menurut Farida, relasi ini muncul ketika ada dua kelompok yang merasa memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu. Sehingga salah seorang yang memiliki kelebihan merasa berkuasa untuk menggangu seseorang yang memiliki kekurangan tertentu.


Kontributor: Afina Izzati

Editor: Fathoni Ahmad