Nasional

Kunjungi Satuan Pendidikan Al Munawaroh Merauke, KPAI Dorong Layanan Ramah Anak

Sab, 28 Januari 2023 | 01:00 WIB

Kunjungi Satuan Pendidikan Al Munawaroh Merauke, KPAI Dorong Layanan Ramah Anak

Kunjungan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aris Adi Leksono ke lembaga pendidikan Al Munawaroh lil Irsyad Abidin Merauke, Papua Selatan, Jumat (27/1/2023). (Foto: istimewa)

Merauke, NU Online
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Aris Adi Leksono berkunjung ke lembaga pendidikan Al Munawaroh lil Irsyad Abidin Merauke, Papua Selatan, Jumat (27/1/2023). Dalam kunjungan tersebut, Aris diterima oleh pimpinan pesantren KH Abdul Kadir Arif beserta para kepala madrasah, guru, dan peserta didik. Kunjungan dilakukan untuk memastikan pemenuhan hak anak, khusunya bidang pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan budaya.


"Mari kita dorong agar lembaga pendidikan mengimplementasikan kebijakan satuan Pendidikan Ramah Anak. Program ini penting dilakukan guna mengurangi angka kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan," ungkap Aris yang juga Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu). 


Menurut Aris, salah satu faktor terjadinya kekerasan atau pelanggaran terhadap hak-hak anak adalah tidak dimilikinya pendidikan atau pengetahuan religi yang memadai. Untuk itu, kehadiran pesantren diharap dapat membantu satuan penididikan dalam mencegah kekerasan pada anak. 


"Berangkat dari sejumlah kasus yang akhir-akhir ini terjadi di Satuan Pendidikan Keagamaan, KPAI mengajak agar seluruh warga Yayasan Al Munawaroh Merauke membuat sistem pencerahan kekerasan kepada anak. Dengan melakukan pengawasan efektif, pendampingan anak, evaluasi berkala, dukungan sarana dan pra sarana yang aman dan nyaman, SDM yang perhatian terhadap upaya pemenuhan hak anak dan kepentingan terbaik buat anak," ujarnya. 

 

Pada kesempatan tersebut, Aris mengajak secara langsung kepada peserta didik Al Munawaroh untuk perperan aktif dalam upaya pencegahan kekerasan di lingkungan pendidikan, seperti perundungan dan pelecehan seksual.

 

"Untuk menanamkan pendidikan tanpa kekerasan, guru dapat melakukan dengan menjalin komunikasi yang efektif dengan peserta didik sekaligus dapat mengenali potensi-potensi peserta didik untuk berkreasi. Baik guru maupun peserta didik diharap dapat saling menghargai sesuai dengan talenta yang dimiliki," ungkapnya.


Aris berpesan bahwa sekolah bukan sekadar tempat untuk menuntut ilmu, melainkan untuk menanamkan karakter pada anak didiknya. Pendidikan karakter menjadi penting untuk ditanamkan mengingat orang yang berilmu tanpa berkarakter tidak membawa manfaat baik diri sendiri maupun orang lain.


"Maka dari itu, sekolah perlu merancang format dan menerapkan pendidikan karakter supaya menghasilkan lulusan yang tidak hanya menjadi anak yang pintar, tetapi juga berintegritas tinggi, loyal, peduli terhadap sesama, saling menghormati, taat aturan, dan dapat bertanggung jawab," tegasnya.


Pada kesempatan itu Aris mengajak santri untuk mengucapkan "Stop kekerasan." Para santri pun mengucapkan itu dengan semangat dan kompak. Demikian juga saat bersama-sama meneriakkan yel-yel ramah anak "Satuan Pendidikan Al Munawaroh Merauke Ramah Anak; Murid Senang, Guru Tenang, Orang Tua Bahagia".


Kontributor: Erik Alga Lesmana
Editor: Kendi Setiawan