Nasional

Lima Keutamaan Puasa Muharram

Rab, 3 Agustus 2022 | 08:00 WIB

Lima Keutamaan Puasa Muharram

Ilustrasi Muharram. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Umat Islam sangat dianjurkan untuk menjalani puasa sunnah di bulan Muharram, tepatnya di tanggal 9, 10, dan 11 bulan pertama itu. Ketiga hari tersebut pada tahun 1444 H ini akan bertepatan dengan Ahad (7/8/2022) hingga Selasa (9/8/2022).


Setidaknya, ada lima keutamaan puasa di bulan Muharram. Pertama, menjadi puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan. Hal ini disampaikan secara langsung oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.


“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw bersabda: ‘Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim)


Kedua, puasa ini dilakukan pada salah satu dari empat bulan yang mulia atau al-asyhurul hurum. Hal ini juga pernah diutarakan oleh Rasulullah saw agar berpuasa di bulan-bulan mulia. Muharram adalah bagian dari empat bulan mulia itu, selain Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah.


“Diriwayatkan dari al-Bahili: ‘Aku mendatangi Rasulullah saw, lalu berkata: ‘Wahai Rasulullah, Aku adalah lelaki yang pernah mendatangimu pada tahun pertama?’ Rasulullah saw bersabda: ‘Dulu aku tidak melihat tubuhmu lemah?’ Al-Bahili menjawab: ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak mengonsumsi makanan di siang hari, aku tidak memakannya kecuali di waktu malam.’ Rasulullah saw bersabda: ‘Siapa yang menyuruhmu menyiksa dirimu?’ Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah, sungguh Aku mampu berpuasa (terus-menerus).’ Rasulullah saw bersabda: ‘Puasalah bulan Sabar (Ramadhan) dan tiga hari setelahnya, dan puasalah pada bulan-bulan mulia’.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan selainnya)


Selain itu, puasa di bulan Muharram ini juga mengandung pahala puasa 30 hari. Rasulullah saw menegaskan hal tersebut dalam sebuah haditsnya.

 

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw bersabda: ‘Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa’.” (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr. Meskipun ini hadits gharîb, tetapi sanadnya tidak bermasalah)


Berikutnya, puasa hari Asyura pada tanggal 10 Muharram menjadi pelebur dosa setahun yang telah lewat. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits di bawah ini.


“Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (HR Muslim)


Terakhir, puasa dua hari yang mengiringi puasa Asyura, yaitu puasa tasu’a pada 9 Muharram dan puasa 11 Muharram menjadi pembeda umat Islam dengan umat Yahudi yang sama-sama berpuasa di hari Asyura. Hal ini ditegaskan Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya di bawah ini.


“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dengan status marfu' (Rasulullâh bersabda): ‘Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya’.” (HR Ahmad)


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad