Nasional LITERASI DIGITAL

Literasi Digital Penting untuk Hadapi Tantangan Bonus Demografi

Sab, 20 Agustus 2022 | 06:00 WIB

Literasi Digital Penting untuk Hadapi Tantangan Bonus Demografi

Seminar Literasi Digital dengan tema Jurnalisme Digital Bagi Eksistensi Pesantren di Pondok Pesantren At-Taujieh Al-Islamy Andalusia Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (19/8/2022).

Banyumas, NU Online

Indonesia saat ini sedang mengalami bonus demografi yaitu dimana usia produktif penduduk Indonesia jauh lebih banyak daripada usia tidak produktif. Kemudian juga bonus digital, dimana Indonesia mengalami trend kecenderungan digital.


Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H. Nusron Wahid saat seminar Literasi Digital dengan tema Jurnalisme Digital Bagi Eksistensi Pesantren di Pondok Pesantren At-Taujieh Al-Islamy Andalusia Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (19/8/2022).


Lebih lanjut dirinya menjelaskan bahwa kecenderungan digital di Indonesia paling tinggi dibandingkan negara lain. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pengguna Facebook di Indonesia mencapai 200 juta akun, dan pengguna nomor telepon mencapai 400 juta.


"Ini bisa menjadi potensi manakala kita bisa optimalkan tetapi juga bisa menjadi bencana. Kalau kita tidak mampu mengoperasionalkan, dan tidak mampu mengoptimalkan produktivitas bangsa Indonesia," imbuhnya.


Ia pun mengingatkan agar kemudahan teknologi digitalisasi harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dan juga untuk kepentingan positif. Seperti untuk kepentingan transaksi, kepentingan sarana pendidikan, dan kepentingan sarana komunikasi. Jangan sampai digunakan untuk untuk tindak kejahatan, dan penyebarluasan informasi menyesatkan.


"Masalah digital ini kita memaknai bahwa ini adalah masalah yang penting, dan genting. Karena penting, dan genting kita perlu secara serius mengatur sistematika kerja, memberikan pemahaman-pemahaman kepada masyarakat atau edukasi serta literasi penggunaan digital, dan fasilitas yang ada di kalangan pondok pesantren dan di kalangan masyarakat," imbuhnya.


Menurutnya dengan adanya literasi digital dapat menjadikan masyarakat menggunakan digital untuk kepentingan positif, serta mampu menjadi penyaring informasi. Sehingga informasi yang ada di digital tidak ditelan secara mentah-mentah.


"Sampai hari ini persoalan yang terjadi dalam dunia digital adalah belum ada code of conduct atau kode etik atau common sense mana hal hal yang boleh dimasukkan dalam dunia digital atau konten, mana hal-hal yang tidak boleh dimasukkan di dalam konten digital," paparnya.


Sementara itu Wakil Ketua LTN PBNU, Rahmat Sahid mengajak para santri untuk tidak sekadar mengasah kemampuan menulis, dan membaca. Tetapi juga mengasah kemampuan dalam memilah, dan memilih informasi. Ia juga mengungkapkan bahwa sangat relevan di era digital bahwa jurnalisme santri untuk menjaga eksistensi pesantren. Maka penting mengajarkan jurnalisme kepada para santri.


"Sekaligus untuk menyalurkan bakat intelektual dalam hal jurnalistik, dan nanti kalau sudah lulus  sudah melanjutkan lagi terbiasa menjadi penulis-penulis yang produktif," ujarnya.


Hal senada juga diungkapkan oleh Jurnalis Suara Merdeka, Susanto bahwa santri membaca, dan menulis.


"Intinya santri itu harus nulis, nggak hanya baca, modalnya nulis apa? baca, penulis yang serius, pembaca yang serius. Intinya action, salah satu caranya sering baca kitab, buku, dan sebagainya, handphone-nya jangan sampai 8 jam. Jadi solusinya untuk bisa membaca ya diet pegang hp" ungkapnya.


Sementara itu Pemimpin Umum Info Purwokerto, Aulia El Hakim mengatakan kalau membuat susunan redaksi media pondok pesantren sebaiknya simpel saja untuk mempermudah.


"Kalau media di Pondok Pesantren itu yang penting produksi ada, langsung dikasih ke siapa yang bertanggung jawab, langsung keluar. Jadi kurangi struktur, strukturnya dikerucutkan, jangan diperbanyak," pungkasnya.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman

Editor: Fathoni Ahmad