Nasional

Mahbub Djunaidi Diresmikan sebagai Nama Jalan, Keluarga: Penting untuk Anak Muda

Sel, 21 Juni 2022 | 23:45 WIB

Mahbub Djunaidi Diresmikan sebagai Nama Jalan, Keluarga: Penting untuk Anak Muda

Urgensi penamaan jalan dengan nama-nama tokoh dapat menarik generasi muda untuk mencari informasi mengenai sosoknya. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online

Mahbub Djunaidi resmi menjadi nama jalan di bilangan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat menggantikan Jalan Srikaya. Perubahan nama jalan ini diresmikan secara langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Senin (20/6/2022).


Merespons peresmian itu, keluarga Mahbub Djunaidi menegaskan bahwa pemilihan nama ini merupakan langkah penting sebagai apresiasi terhadap budayawan dan seniman. Hal ini agar lebih dikenal lagi di kalangan kaula muda dan generasi baru.


"Sebetulnya paling inti adalah bagaimana pemerintah bisa memperhatikan mengapresiasi orang yang berjasa bagi peradaban," kata Isfandiari, putra Mahbub Djunaidi, kepada NU Online saat ditemui di sela-sela Rapat Pleno Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (21/6/2022).


Lebih lanjut, Isfan menyampaikan bahwa urgensi penamaan jalan dengan nama-nama tokoh dapat menarik generasi muda untuk mencari informasi mengenai sosoknya. "Nama jalan penting bagi anak-anak muda, dari generasi ke generasi akan minimal ingin tahu nama yang dijadikan nama jalan itu," jelasnya.


"Mereka (pemilik nama yang dijadikan nama jalan) akan selalu bergaung dan bergema di kalangan anak muda dan generasi seterusnya," imbuh Wakil Sekretaris Jenderal PBNU itu.


Tentu saja, katanya, keluarga besar merasa tersanjung dan bangga atas ketetapan itu. Setelah lebih dari 25 tahun lalu Mahbub meninggal, tepatnya pada 1 Oktober 1995, sosoknya tetap diapresiasi dan dipedulikan oleh banyak orang, tak terkecuali pemerintah.


"Dengan kematian Pak Mahbub di tahun 1995, masih ada orang yang peduli, pemerintah mengapresiasi terhadap Pak Mahbub. Keluarga bangga ada perhatian dari pemerintah sama Pak Mahbub," ujarnya.


Isfan menyampaikan bahwa sebetulnya tidak ada relevansi lokasi jalan dan nama Mahbub Djunaidi. Namun demikian, jalan tersebut melintang di wilayah yang cukup ramai karena berdekatan dengan pusat keramaian, dengan Stasiun Gondangdia, Gambir, dan Monumen Nasional (Monas).


Sebagaimana diketahui, Mahbub Djunaidi dipilih sebagai nama jalan tersebut karena merupakan salah satu tokoh Betawi. Ia lahir di Jakarta pada 27 Juli 1933. Ia merupakan putra Kiai Junaidi, salah satu tokoh NU Betawi pada zamannya. "Kiai Junaidi ayahnya asli Tanah Abang, Kebon Kacang III. Salah satu ulama lokal Jakarta," ujar Isfan.


Mahbub Djunaidi tercatat sebagai ketua umum pertama Pengurus Besar Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII). Ia juga terlibat aktif dalam kepengurusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai salah satu ketua di era kepemimpinan Gus Dur.


Sosoknya juga dikenal sebagai seorang penulis yang produktif menghasilkan tulisan-tulisan bernas di harian koran. Tulisan-tulisannya itu terkumpul dalam berbagai antologi, seperti Kolom Demi Kolom, Humor Jurnalistik, dan Asal Usul.


Ia juga melahirkan dua karya sastra berupa novel, yakni Dari Hari ke Hari dan Angin Musim. Novel yang disebut pertama itu bahkan memperoleh penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 1974.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan