Nasional

Masker Medis dan N95 Sebaiknya Diprioritaskan untuk Tenaga Medis

Sel, 7 April 2020 | 11:30 WIB

Masker Medis dan N95 Sebaiknya Diprioritaskan untuk Tenaga Medis

Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), dr Syahrizal Syarif. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), dr Syahrizal Syarif menegaskan, dalam upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi di rumah sakit, maka tenaga medis sangat memperhatikan perlindungan diri agar tidak tertular dengan pasien yang dirawat.

“Mereka diharuskan mencuci tangan dengan baik dan menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan tindakan yang mereka akan lakukan,” ujar Syahrizal dalam keterangan tertulisnya belum lama ini.

Menurutnya, jika mereka harus melakukan tindakan yang dapat membuat keadaan aerosol, seperti tindakan pengisapan (sucction), inkubasi atau bronchoscopy, mereka harus menggunakan APD lengkap berupa masker N95 yang dapat menahan partikel sangat kecil sekitar 0.03 um, penutup kepala, kacamata pelindung, sarung tangan, apron, sepatu boot.

Jika mereka hanya mendiagnosa pasien terduga, maka mereka cukup menjaga jarak 1 meter dan memakai masker medis (surgical mask) yang dapat menahan partikel sebesar 5 um dan pasien juga menggunakan masker yang sama.

“Jadi baik N95 maupun masker medis memang dirancang untuk petugas medis agar terlindungi dari percikan droplet pasien,” tegas Syahrizal.

Ia mengimbau, untuk masyarakat, yang terbaik adalah diam di rumah. Jika terpaksa harus keluar rumah, misal untuk membeli kebutuhan keluarga, maka pilihan terbaik adalah menggunakan masker kain.

“Tentu harus memperhatikan jarak dengan orang lain terutama di angkutan umum, bus atau kereta api. Perlu memberi jarak duduk dan jarak antrian ketika membayar,” ucap pria yang juga Ketua PBNU Bidang Kesehatan ini.

Seperti halnya masker medis, sebaiknya masker kain juga terdiri dari 3 lapisan. Lapisan terluar sebaiknya bahan anti air atau serat kain yang padat. Lapisan ke 2 dapat berupa kain filter yang halus. Demikian juga lapisan ke 3. Ada baiknya antara lapisan 2 dan lapisan ke 3 bisa disisipkan kertas tisu untuk menyerap air.

Masker kain ini, lanjut Syahrizal, digunakan sekali pakai, sehari, direndam air sabun, jemur, setrika sebelum digunakan lagi. Masker kain cukup efektif untuk digunakan masyarakat mencegah infeksi, tentu yang lebih baik diam di rumah.

“Mari kita gunakan masker kain sehingga masker medis betul-betul hanya untuk tenaga medis dan yang merasa membutuhkan misal pasca-kemoterapi, sehingga harganya terjangkau bagi mereka. Menggunakan masker kain merupakan partisipasi kita dalam mencegah dan menanggulangi Covid-19,” tandasnya.

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Abdullah Alawi