Nasional

Masyarakat Harus Berterima Kasih pada Pesantren, Ini Sebabnya

Sen, 19 September 2022 | 20:30 WIB

Masyarakat Harus Berterima Kasih pada Pesantren, Ini Sebabnya

Masyarakat Harus Berterima Kasih pada Pesantren, Ini Sebabnya. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghofur menegaskan bahwa masyarakat harus berterima kasih kepada pesantren. Pasalnya, pesantren berkontribusi besar terhadap pendidikan di Indonesia.


Waryono menjelaskan bahwa pesantren merupakan lembaga yang sangat mandiri. Secara umum, proses penyediaan sarana prasarana hingga kurikulumnya, diserahkan kepada otoritas kiai selaku pengasuh. Tidak berlebihan juga jika dikatakan bagus dan tidak bagusnya pesantren tergantung pada kepengasuhan dan kekuatan finansial kiai. Sebab, semuanya swasta.


“Faktanya, pesantren semuanya swasta. Madrasah yang swasta juga jumlahnya jauh lebih besar dari madrasah negeri,” tegasnya dikutip dari laman Kemenag Senin (19/9/2022).


Ia menambahkan bahwa keberadaan pesantren juga telah memperluas kesempatan publik untuk mendapatkan pembelajaran.


“Pesantren, sejak dulu, bahkan sebelum Indonesia merdeka, telah memperluas kesempatan masyarakat untuk mengakses pendidikan,” tegasnya,


“Masyarakat harus berterima kasih kepada pesantren. Sebab, ada orang-orang yang peduli dengan pendidikan dan memberikan kesempatan kepada khalayak untuk mendapatkan pendidikan melalui pesantren,” sambungnya.


Oleh karena itu, jika di Indonesia tidak ada ormas Islam yang mengembangkan pendidikan, misalnya NU, Muhammadiyah, dan ormas keagamaan lainnya, bisa jadi banyak orang yang tidak mendapat akses pendidikan.


Terkait dengan fenomena kekerasan di beberapa pesantren yang terjadi belakangan ini, Waryono memastikan bahwa itu bukan cermin dari dunia pesantren. Meski demikian, semua oknum yang terlibat dalam tindak pidana, tentu harus diproses hukum. Persoalannya diserahkan kepada penegak hukum.


Atas hal itu, Waryono berharap dunia pesantren ke depan lebih terbuka dalam menyikapi persoalan-persoalan yang berkenaan dengan hukum. Menurutnya, saat ini tidak boleh ada yang tertutup.


“Kita masyarakat terbuka. Serapat apa pun persoalan ditutupi, pada saatnya akan terungkap,” pesannya.


Waryono juga berpesan kepada para orang tua santri untuk memahami lebih detail profil pesantren berikut aturan-aturan yang diberlakukan di dalamnya. Dari awal, pesantren umumnya membuka diri kepada siapapun yang mau belajar. Pesantren juga sampaikan aturan mainnya.


“Jika orang tua dan santri bersedia silakan, jika tidak ya jangan dipaksakan. Pesantren adalah lembaga pendidikan, tentu menginginkan yang terbaik untuk para santrinya,” tutur Waryono.


“Terpenting kita semua tahu bahwa pesantren kontribusinya ke negara luar biasa, bahkan sejak sebelum kemerdekaan,” tandasnya.


Editor: Muhammad Faizin