Nasional

Menag: Di Atas Jam 10 Malam, Takbiran Dilakukan dengan Pengeras Suara Dalam

Sel, 22 Februari 2022 | 13:00 WIB

Menag: Di Atas Jam 10 Malam, Takbiran Dilakukan dengan Pengeras Suara Dalam

Adapun takbir Idul Adha di hari Tasyrik pada tanggal 11 sampai dengan 13 Zulhijjah dapat dikumandangkan setelah pelaksanaan shalat rawatib secara berturut-turut dengan menggunakan pengeras suara dalam.

Jakarta, NU Online

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan Surat Edaran Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Mushala. Surat tersebut ditandatangani pada Jumat (18/2/2022).


Dalam surat tersebut, takbiran dengan menggunakan pengeras suara luar pada perayaan Idul Fitri dan Idul Adha dibatasi sampai pukul 10 malam. Setelah lewat dari waktu tersebut, takbiran di masjid dan mushala tetap bisa dilanjutkan dengan pengeras suara dalam.


"Takbir pada tanggal 1 Syawal/10 Zulhijjah di masjid/musala dapat dilakukan dengan menggunakan Pengeras Suara Luar sampai dengan pukul 22.00 waktu setempat dan dapat dilanjutkan dengan Pengeras Suara Dalam," begitu bunyi poin 2 bagian c kegiatan Syiar Ramadan, gema takbir Idul Fitri, Idul Adha, dan Upacara Hari Besar Islam.


Adapun takbir Idul Adha di hari Tasyrik pada tanggal 11 sampai dengan 13 Zulhijjah dapat dikumandangkan setelah pelaksanaan shalat rawatib secara berturut-turut dengan menggunakan pengeras suara dalam.


Pelaksanaan shalat Idul Fitri dan Idul Adha dapat dilakukan dengan menggunakan pengeras suara luar. Sementara pelaksanaan shalat tarawih, ceramah atau kajian Ramadhan, dan tadarus Al-Qur’an diimbau untuk menggunakan pengeras suara dalam.


Adapun upacara peringatan hari besar Islam atau pengajian menggunakan pengeras suara dalam, kecuali apabila pengunjung tabligh melimpah ke luar arena masjid atau mushala dapat menggunakan pengeras suara luar.


Aturan Pengeras Suara

Sebagaimana diketahui, pengeras suara terdiri atas pengeras suara dalam dan luar. Pengeras suara dalam merupakan perangkat pengeras suara yang difungsikan/diarahkan ke dalam ruangan masjid/musala, sedangkan pengeras suara luar difungsikan/diarahkan ke luar ruangan masjid/musala.


Pemasangan pengeras suara dipisahkan antara pengeras suara yang difungsikan ke luar dengan pengeras suara yang difungsikan ke dalam masjid/mushala.


Untuk mendapatkan hasil suara yang optimal, hendaknya dilakukan pengaturan akustik yang baik dengan volume pengeras suara diatur sesuai dengan kebutuhan, dan paling besar 100 dB (seratus desibel).


Dalam hal penggunaan pengeras suara dengan pemutaran rekaman, hendaknya memperhatikan kualitas rekaman, waktu, dan bacaan akhir ayat, shalawat atau tarhim.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Alhafiz Kurniawan