Nasional

Menag Yaqut: Jadikan Isra Mi'raj Momentum Cari Titik Temu

Sel, 1 Maret 2022 | 19:30 WIB

Menag Yaqut: Jadikan Isra Mi'raj Momentum Cari Titik Temu

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat memberi sambutan dalam peringatan Isra Miraj tingkat kenegaraan, Senin (28/2/2022) malam. (Foto: Biro HDI Kemenag/Daniel)

Jakarta, NU Online
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta masyarakat Muslim Indonesia menjadikan Isra Mi'raj sebagai momentum mencari titik temu dalam perbedaan dan tidak saling menjatuhkan.


“Isra tidak sebatas catatan sejarah saja, tapi sebagai renungan. Motivasi diri untuk tumbuh, mencari titik temu dalam perbedaan dan tidak saling menjatuhkan,” jelasnya dalam peringatan Isra Mi'raj tingkat kenegaraan yang disiarkan di channel YouTube Kemenag RI, Senin (28/2/2022) malam.


“Bersatu dalam spirit maju bersama demi bangsa dan negara,” sambung Gus Yaqut.


Bagi dia, Isra Mi'raj momentum diwajibkannya shalat. Shalat mengajarkan bahwa nilai-nilai ketuhanan harus diseimbangkan dengan nilai kemanusiaan. Keduanya menyatu dengan baik dalam sikap dan perilaku masyarakat Indonesia.


“Sehingga jadi perekat bangsa di tengah kompleksitas perbedaan yang tidak semua bangsa bisa melewati dengan baik,” terang putra KH M Cholil Bisri Rembang ini.


Shalat jamaah, lanjut Gus Yaqut, mengajarkan kebersamaan sangat penting sehingga ganjarannya dinaikkan berlipat-lipat. Dalam shalat, seseorang juga kompak dan tidak membuat gerakan yang membatalkan shalat.


“Kita pernah melewati berbagai peristiwa sosial akibat dari perbedaan tapi semua itu memunculkan gagasan pembangunan nasional,” ujar Gus Yaqut.


Adik kandung Ketum PBNU ini menambahkan, peringatan Isra Mi'raj merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia dengan meneladani dan menjabarkan nilai agama dalam bingkai kebangsaan kita. 


Gus Yaqut menegaskan, masyarakat Islam harus terinspirasi dan mengambil inspirasi dari peristiwa Isra Mi'raj sebagai bangsa besar agar tetap selalu rukun dan menjaga kehormanisan dalam keberagaman.


Indonesia, lanjut dia, dikaruniai tidak hanya kekayaan alam. Akan tetapi, juga kekayaan budi pekerti sehingga menjadi magnet internasional dalam mengelola secara baik posisi agama dan negara. Dari Sabang hingga Merauke terpapar nilai persaudaraan kebangsaan yang terjaga dengan baik.


“Agar dapat kita maknai syariat agung shalat yang mengajarkan nilai spiritualisme dan humanisme, sehingga jadi dasar terwujud ajaran Islam rahmatalil alamin,” imbuhnya.


Ia menjelaskan, jika mau kembali belajar sejarah peradaban Islam di Nusantara, maka telah tergambar jelas bagaimana Islam, agama, dan negara menjalin hubungan sangat erat. Islam dengan berbagai ajarannya telah melebur dalam berbagai aspek kebudayaan dan kehidupan masyarakat.


“Kita bisa melihat cara berislam begitu indah bersanding dengan budaya bangsa,” tutup Gus Yaqut.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Musthofa Asrori