Nasional

Menag Yaqut: Tanpa Pesantren, Tidak Mungkin Ada Indonesia

Rab, 8 September 2021 | 03:00 WIB

Menag Yaqut: Tanpa Pesantren, Tidak Mungkin Ada Indonesia

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. (Foto: Kemenag)

Cirebon, NU Online
Kontribusi pesantren bagi Negara Republik Indonesia (NKRI) sangat besar, sebelum bangsa Indonesia merdeka, sampai sekarang. Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan, tanpa keberadaan pesantren, tidak mungkin bangsa Indonesia ini ada.


"Tanpa pesantren, tidak akan ada Indonesia. Tanpa pesantren, pasti Indonesia sampai hari ini masih dijajah. Tanpa pesantren juga, program pemerintah untuk melakukan percepatan vaksinasi tidak mungkin berjalan," tegas Menag dalam sambutannya saat menghadiri acara Haul Ke-32 Kiai Aqil Siroj dan Sesepuh Pesantren KH Aqil Siroj (KHAS) Kempek, Cirebon, Jawa Barat (6/9/2021).


Menag Yaqut mengungkapkan, pesantren merupakan lembaga yang memiliki semangat nasionalisme tinggi. Ia kemudian mengapresiasi dengan adanya penyanyian lagu kebangsan Indonesia Raya dan Yalal Wathan dalam rangkaian acara haul itu. Baginya, hal ini merupakan salah satu wujud komitmen terhadap kebangsaan dari dunia pesantren.


"Pesantren merupakan lembaga pendidikan dengan komitmen kebangsaan teruji," katanya.


Menag Yaqut juga mengakui, selain untuk ngalap berkah, alasan dirinya menghadiri haul itu juga sebagai bentuk kekaguman atas keistikamahan Kiai Said Aqil. Menurutnya, selama ini Kiai Said selalu menghadiri haul yang diadakan di Rembang, Jawa Tengah.

 

"Saya ingin mengikuti teladan istikamah Kiai Said, meskipun terasa begitu berat dengan kesibukan menjalankan amanah negara (Menteri agama)," aku pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah itu.


Dalam momen itu, Menag juga menyinggung urgensi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang masih menjaga validitas keilmuan dengan baik. Menurutnya, untuk memperolah ilmu yang berkah dan manfaat, diperlukan guru dan sanad keilmuan yang jelas. Kompetisi ini sudah dimiliki pesantren.


"Dalam mencari ilmu, kita perlu mencari guru yang memiliki silsilah dan kevalidan ilmu pengetahuan jelas. Sehingga, insyaallah, ilmu pengetahuan yang kita peroleh menjadi berkah dan manfaat," tutur Menag.


Sebagai wujud apresiasi kepada pesantren, Menag juga mengatakan Kemenag dapat bersinergi dalam program-program yang dibutuhkan Pesantren KHAS Kempek. "Apa yang diinginkan oleh Pesantren KHAS Kempek, dan apa yang bisa dilakukan oleh Kementerian Agama," ujarnya.

 

KH Aqil Siroj merupakan putra ketiga dari pasangan KH Siroj dan Nyai Fathimah. Lahir di Gedongan, Ender, Cirebon pada tahun 1920 M dan wafat pada tahun 1990 M. Ia mendirikan Pondok Pesantren Majelis Tarbiyatul Mubtadi’in (MTM), yang berikutnya diganti dengan nama Pondok Pesantren KH Aqil Siroj (KHAS) Kempek, Cirebon. 

 

Riwayat pendidikannya dimulai dari nyantri di Pondok Pesantren Gedongan, Pondok Pesantren Kempek selama lima tahun, Pondok Pesantren Kasingan Rembang selama lima tahun, dan Pondok Pesantren Lirboyo selama tiga tahun. Selain itu, Kiai Aqil juga ngalap berkah dengan mengaji pasaran di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang dan sempat bertemu dengan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. 

 

Kiai Aqil memiliki beberapa karya, yaitu Kodifikasi Tasrifan Kempek dan Jombang, Zubdatun Naqiyyah (syarah dari matan Jurmiyyah), Terjamah Kitab ‘Awamil, Terjemah Nadham ‘Imrithi, dan Terjemah Nadham Maqshud. 

 

Pernikahannya dengan Nyai Hj Afifah Harun dikaruniai lima orang putra, yaitu KH Ja’far Shodiq Aqil Siroj, KH Saiq Aqil  Siroj, KH Musthofa Aqil Siroj, KH Ahsin Syifa Aqil Siroj, dan KH Ni’amillah Aqil Siroj.


Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Kendi Setiawan