Ilustrasi: Di tengah pandemi yang membuat dilema, doa seakan menjadi senjata akhir untuk mengetuk pintu langit.
Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 melanda negeri. Jutaan manusia berguguran dalam waktu yang relatif singkat bak kena tsunami. Segala upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah dan segenap elemen masyarakat, dari menjaga protokol kesehatan, konsumsi berbagai obat, jejamuan hingga mengetuk pintu langit melalui doa para ulama.
Seperti pada Ahad 26 Juli 2021 malam, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Khataman Shalawat Nariyah dan Doa untuk Keselamatan Bangsa. Acara yang dipandu oleh Ketua Aswaja NU Center PBNU, Kiai Misbahul Munir dimulai dengan pemutaran ulang video acara shalawat nariyah yang digelar selama 28 hari berturut-turut.
Penyampaian pesan dari Wakil Presiden Republik Indonesia KH Maruf Amin dan Sekretaris PBNU Helmy Faishal Zaini menambah deretan agenda pada malam itu apalagi dengan hadirnya puluhan kiai khos dari berbagai penjuru tanah air.
Habib Achmad Edrus Al-Habsyi dari Pasuruan, Jawa Timur mengawali doa dengan pembacaan istighosah dan Shalawat Nariyah malam itu dengan suara lantang namun syahdu. Suara khasnya itu membawa para audiens tergerak untuk membaca shalawat bersama.
Doa yang digiring oleh kiai pemakai toilasan (sorban yang dipakai seperti kerudung) sebagai pengganti peci yakni KH Nurul Huda Djazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Jawa Timur menambah kehangatan pada malam tersebut.
Doa kedua dirapalkan oleh kiai asal Kalimantan Selatan yakni KH Syaukani. Pengasuh Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Kalimantan Selatan, malam itu berpenampilan menarik dengan menggunakan imamah sebagai ikat kepala seperti yang dikenakan ulama Tarim. Biasanya bentuk imamah menunjukkan sesuai keahlian bidang ilmu pemakainya.
Doa berbahasa Arab juga dipanjatkan Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. Doa selanjutnya juga disampaikan oleh Anre Gurutta Baharuddin Pengasuh Pesantren An-Nahdloh Makasar dan Kiai Adib Rofiudin Izza, Pengasuh Pesantren Buntet Cirebon.
Kiai Afifudin Muhajir, Tgk Waled Nuruzzahri Yahya, KH Ubaidillah Faqih Langitan, KH Abdul Aziz Affandy, KH Agus Ali Masyhuri, KH Munir Abdillah turut serta mendoakan negeri dengan penuh haru.
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Kafabihi Mahrus ditemani oleh para santrinya usai membaca doa kemudian ia mengumandangkan shalawat Tibbil Qulub dan syair Abu Nawas yang menjadi favorit almarhum Gus Dur mengakhiri khataman shalawat nariyah.
Sementara itu, para audiens meski hanya bertatap melalui ruang Zoom, YouTube, Facebook turut menyimak dan mengaminkan doa-doa yang dipanjatkan para kiai malam itu. Di tengah pandemi yang membuat dilema, doa seakan menjadi senjata akhir untuk mengetuk pintu langit.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Pertemuan KH Hasyim Muzadi dengan Komandan Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah
2
Cara Mengingatkan Anak yang Berisik ketika Khutbah Jumat
3
Kirim 20 Santri ke Amerika Serikat, Dirjen Pendis Dorong Pesantren Kejar Kemajuan
4
Imam Masjid Nabawi Madinah Puji Perkembangan Ilmu Keislaman di Pesantren NU
5
Ini Makna dan Filosofi Logo Hari Santri 2024
6
Hari Santri 2024, Ketua PBNU Ingatkan untuk Terus Berjuang Isi Kemerdekaan
Terkini
Lihat Semua