Nasional

Nyai Badriyah Fayumi Ungkap Peran Siti Hajar dalam Sejarah Kurban

Sel, 20 Juli 2021 | 03:00 WIB

Nyai Badriyah Fayumi Ungkap Peran Siti Hajar dalam Sejarah Kurban

Nyai Hj Badriyah Fayumi saat berbicara dalam acara Halaqah Majelis Taklim. (Foto: Tangkapan layar YouTube Majelis Taklim)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pesantren Mahasina Kota Bekasi, Nyai Hj Badriyah Fayumi, menyebutkan bahwa peristiwa Idul Adha tidak luput dari peran Sayyidatina Hajar RA. Berkat kegigihan, pengorbanan, serta kepribadiannya yang luar biasa ia berhasil menciptakan sejarah besar dalam peradaban Islam.


“Jika kita mengenang peristiwa Idul Adha, yang kita sebut jangan hanya Nabi Ibrahim dan Ismail AS saja. Sudah sepatutnya kita kenang juga peran ibunda Hajar,” kata Nyai Badriyah dalam acara Halaqah Majelis Taklim secara virtual, Senin (19/7) malam. 


Sebagai perempuan teladan, sosok Siti Hajar tergambar jelas bahwa sejatinya ia terlahir sebagai makhluk spiritual, intelektual, dan sosial dengan akal budi yang sempurna. Hal itu tampak ketika Ismail, anak semata wayang yang sangat menyenangkan hati, diambil untuk dikorbankan atas perintah Allah SWT. 


“Siti Hajar menunjukkan kualitas akal budi, keimanan, dan rasionalitas yang sangat sempurna. Bahkan, beliau tidak terbawa oleh perasaan-perasaan yang bisa saja memberatkannya,” ucap Wakil Sekjen Bidang Keperempuanan MUI Pusat ini.


Selain itu, terdapat beberapa pelajaran penting bagi kaum perempuan dari sosok Siti Hajar. Pertama, perempuan adalah sosok yang kaya akan spiritualitas dan intelektualitas, sehingga tidak bisa hanya dilihat sebagai makhluk fisik belaka. Kedua, perempuan adalah subjek dari tasyri' Islam. 


“Kita tahu peristiwa sa'i yang menjadi rukun dari haji dan umrah, subjeknya adalah Siti Hajar. Peristiwa Ramyul Jumrah yang merupakan wajib haji tokoh utamanya juga Siti Hajar. Bahkan, perannya pun turut menyertai dalam praktik Udhiyah (Kurban). Itu sungguh luar biasa,” terang penggagas majelis Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) itu.


Perempuan, subjek sejarah
Menurut Nyai Badriyah, peristiwa haji yang menitikberatkan perempuan sebagai subjek seringkali luput dalam ingatan sejarah. Tidak jarang dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan sikap diskriminatif terhadap kaum perempuan. 


“Ketiga, Siti Hajar sebagai role model jihadnya perempuan,” tutur Wakil Ketua Pengurus Pusat (PP) Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK-PBNU) ini.


Lebih lanjut, ia mengisahkan, saat Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan putranya berdua saja, di hamparan gurun pasir tak berpenghuni, dia rela dan ikhlas menjalani. Kemudian, tatkala tahu suaminya meninggalkan mereka karena perintah Allah, maka ia patuh dan taat. 


“Jihadnya Ibu Hajar adalah jihad untuk menjaga kehidupan,” ungkap perempuan asal Pati, Jawa Tengah ini. 


Kemudian, di antara nilai luhur dan pesan moral yang dapat diteladani dari kisah Siti Hajar adalah perjuangan dan pengorbanan dalam berjihad mempertahankan kehidupan dengan tanpa meninggalkan konsistensi dalam menjunjung nilai-nilai ketauhidan. 


“Jadi, hari ini ikhtiar kita menjaga kesehatan dengan mematuhi protokol kesehatan agar terhindar dari Covid-19, dibarengi usaha bathiniyah dengan berdoa, bershalawat, dan istighotsah, sejatinya adalah jihad untuk mempertahankan kehidupan,” imbuh mufassir perempuan lulusan Universitas Al-Azhar Kairo ini.  


Sebagai informasi, selain mengajar dan mengasuh para santri, Ny Badriyah juga merupakan seorang aktivis perempuan yang berjuang membawa misi mulia Islam yaitu keadilan gender dan kesetaraan untuk para perempuan.


Puisi ‘Sayyidah Hajar’
Maka tak heran bila ia sering menulis sejumlah puisi menyoal keperempuanan. Salah satunya adalah puisi Sayyidah Hajar yang paling menarik perhatian dan banyak dibagikan oleh sejumlah aktivis kesetaraan gender. 


Berikut lirik puisi Jangan Pernah Lupakan Sayyidah Hajar karya Nyai Badriyah Fayumi:


Jangan pernah lupakan Sayyidah Hajar!
Saat mengenang peristiwa kurban
Saat mengambil pelajaran dan hikmah Idul Adha
Saat menapak tilas ritual haji
Saat menyebut Ibrahim dan Ismail Alaihimassalam


Jangan pernah lupakan Sayyidah Hajar!
Karena sejarah Makkah yang mendunia sampai sekarang
dengan air mukjizat bernama Zam-zam 
bermula dari keyakinan, harapan, dan kerja kerasnya yang amat sangat mengagumkan


Jangan pernah lupakan Sayyidah Hajar!
Karena keyakinannya akan janji Tuhan 
yang menjamin kehidupan
adalah keyakinan yang tak tergoyahkan
hingga mampu mengalahkan rasa sepi, takut, marah dan tersia-siakan
lantaran ditinggalkan di lembah tandus tanpa pepohonan, 
air, dan kerumunan orang
hanya berdua dengan bayinya yang masih dalam gendongan


Jangan pernah lupakan Sayyidah Hajar!
Karena perasaan halusnya kepada sesama perempuan
membuatnya rela pergi menjauh
demi menjaga perasaan Sarah yang mulia dan dihormatinya tak runtuh, 
dan perkawinannya dengan Ibrahim tetap utuh


Jangan pernah lupakan Sayyidah Hajar!
Karena ia telah membuktikan salahnya stigma
bahwa perempuan itu penggoda dan mudah tergoda
Sayyidah Hajar sebaliknya
Ia sangat digdaya 
menghadapi rayuan maut setan yang tak henti menggoda
agar tak menyerahkan anak semata wayang yang dikasihinya
yang telah dengan susah payah dibesarkannya
Sayyidah Hajar yang digdaya
tak mempan godaan setan
yang memanfaatkan naluri keibuan
untuk menolak perintah Tuhan
yang tak bisa dimengerti oleh nalar kebanyakan:
mengorbankan putra tersayang 


Jangan pernah lupakan Sayyidah Hajar!
Karena pengorbanannya yang tak terperi
diabadikan dalam wajib haji 
yang paling mengharuskan mawas diri:
Melempar tiga Jumrah beberapa hari


Jangan pernah lupakan Sayyidah Hajar!
Karena ia telah menjadi simbol
adanya kesetaraan ras dan kedudukan sosial
Sayyidah Hajar yang mulanya sahaya
telah menjadi inspirasi abadi bagi dunia 
lantaran kekuatan imannya, kedahsyatan lakon hidupnya, keluarbiasaan karakternya,
bukan karena keturunan dan kebangsawanannya


Jangan pernah lupakan Sayyidah Hajar!
Karena tanpa keikhlasan, kepasrahan, keberanian dan kesabarannya 
Ibrahim takkan sempurna menjalankan perintah Tuhannya
karena tanpa pengorbanan, kasih sayang dan pendidikan rabbaniyah-nya
Ismail kecil mungkin tak menjadi anak yang berbudi dan berbakti 
di usia yang masih sangat dini


Jangan pernah lupakan Sayyidah Hajar!
Karena Makkah yang berkah
Zam-zam yang terus melimpah
Sa'i dan lempar jumrah
sampai kelahiran Muhammad Rasulullah
adalah tak lepas dari keberadaannya


Maka,
Jangan pernah lupakan Sayyidah Hajar!
Karena melupakannya
adalah melupakan peran ketuhanan dan kemanusiaan perempuan
karena melupakannya
adalah melupakan separuh peradaban


Kontributor: Syifa Arrahmah 
Editor: Musthofa Asrori