Nasional HARI SANTRI 2023

Pameran Seni Rupa Mahrojan, Potret Ekspresi Santri Memaknai Kebinekaan

Sel, 17 Oktober 2023 | 08:00 WIB

Pameran Seni Rupa Mahrojan, Potret Ekspresi Santri Memaknai Kebinekaan

Perupa asal Kudus, Muhammad Assiry memamerkan lukisannya berjudul "Rempang" dalam Pameran Seni Rupa Mahrojan di Semarang, Sabtu (14/10/2023) lalu. (Foto: Dok. pribadi)

Jakarta, NU Online

Sebanyak 41 karya seni dari dua dimensi, tiga dimensi, dan multimedia dipamerkan dalam Pameran Seni Rupa Mahrojan di Semarang Contemporary Art Gallery dan di Taman Srigunting kawasan Kota Lama Semarang, 14-22 Oktober 2023. Karya yang dipamerkan merupakan ekspresi dari para santri dalam memaknai kebhinekaan.


Koordinator pameran Mahrojan, Abdullah Ibnu Thalhah mengatakan, pameran yang diinisiasi oleh KH Ahmad Mustofa Bisri ini dalam rangka Hari Santri 2023. Dalam kegiatan tersebut, dipergelarkan berbagai ekspresi seni budaya para santri, mulai dari seni rupa, tari, sastra, musik, hingga multimedia.


"Para pesertanya juga memiliki latar belakang budaya yang beragam, ada yang dari DI Yogyakarta, Bali, dan daerah-daerah lain. Hal ini tentu memperkaya visual dalam peringatan Hari Santri ini," kata Thalhah, Sabtu (14/10/2023).


Salah satu Perupa asal Kudus, Muhammad Assiry memamerkan lukisannya yang berjudul Save Rempang, Assiry mengangkat persoalan Konflik Agraria di Rempang-Galang dalam karyanya dengan menggunakan media Acrilyc On Canvas berukuran 1,5 meter × 2 meter. 


Assiry mengungkap alasan dibalik tema yang ia pilih. Ia geram lantaran persoalan semacam ini terus berulang akibat kebijakan yang tidak partisipatoris, kebijakan yang terlalu gegabah, yang tidak melibatkan para pemangku kepentingan dalam proses perencanaan hingga proses eksekusi sehingga menimbulkan konflik horizontal. 


"Pesan moral yang saya angkat, pemerintah harus pro aktif membangun demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya tapi jangan sampai mengorbankan rakyatnya sendiri," kata Assiry kepada NU Online, Ahad (15/10/2023).


Suwarno Wisetrotomo yang menjadi kurator dalam acara tersebut menyebutkan, pameran lukisan akan digelar hingga sepekan mendatang. Pameran itu bertumpu pada respek atau penghormatan pada kreativitas dan keanekaragaman.


"Kita bisa melihat dari dekat praktik seni yang dikerjakan para santri di pondok pesantren. Ini juga bagian dari cara kita mendengarkan mereka melalui karya seni yang mereka hasilkan," ucapnya.


Karya seni pada umumnya termasuk seni rupa berada dalam ruang perlintasan yang memiliki potensi sebagai jembatan penghubung antar-manusia juga menempati posisi lintas iman, lintas etnik, ras, pilihan politik, strata sosial karena seni atau karya seni membuka ruang terhadap keragaman dan perbedaan. 


"Karena itu, gagasan Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren bekerja sama dengan Program Studi Ilmu Seni dan Arsitektur Islam UIN Walisongo Semarang, menyelenggarakan pameran seni rupa sepantasnya disambut hangat," tandasnya.