Nasional

Pergunu: Mendikbud Abai terhadap Guru di Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal

Sen, 25 November 2019 | 14:15 WIB

Pergunu: Mendikbud Abai terhadap Guru di Daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal

Pelajar madrasah sedang mengakses internet. Iulstrasi: (google.plus)

 
Bandung, NU Online
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) menyoroti perhatian pemerintah kepada guru-guru yang berada di daerah 3 T atau daerah tertinggal, terdepan, dan terluar serta guru honorer.

Menurut Wakil Ketua Pimpinan Pusat Pergunu Aris Dwi Laksono, pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional 2019, yang menyebar di media sosial, tidak mengupas persoalan itu.

“Guru harus mendapatkan perhatian dari pemerintah baik pusat maupun daerah, terutama bagi guru honorer dan guru-guru di daerah 3 T,” ujarnya ketika dihubungi NU Online, Senin (25/11).

Menurut Aris, perhatian pemerintah terhadap guru di daerah 3T memang sudah sudah ada, tapi masih sangat minim. Perhatian yang rendah itu terutama tertuju kepada guru honorer yang mengabdi di lembaga swasta.

“Dalam konteks ini perlu memaksimalkan peran pemerintah daerah,” tegasnya.

Menurut Aris, upaya untuk mengangkat nasib guru honorer memerlukan dukungan regulasi dari pemerintah yang berpihak kepada mereka.

“Pergunu hari ini intens berkomunikasi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan perhatian kesejahteraan dan perlindungan kepada guru, baik negeri maupun swasta. Dengan pola advokasi kebijakan, terutama politik anggaran pendidikan yang berpihak kepada guru dalam rangka penguatan kompetensi, perlindungan, dan kesejahteraan,” jelasnya.

Menurut Aris, pola penanganan perhatian kesejahteraan kepada guru antara pemerintah pusat dan daerah masih tumpang tindih. Ia mencontohkan, guru di bawah Kemenag bersifat sentralisasi, sementara guru Kemendikbud desentralisasi. Guru di bawah binaan dinas pendidikan mendapatkan perhatian langsung dari pemerintah daerah. Sementara guru di bawah kementerian agama tidak mendapatkannya.

Padahal guru, kata Aris, sangat berperan penting untuk masa depan sebuah bangsa. Meski pun teknologi semakin canggih, peran vitalnya tidak dapat tergantikan.

“Guru dalam dunia pendidikan perannya tidak dapat tergantikan oleh teknologi secanggih apapun. Namun, sampai hari ini, masih banyak guru honorer dengan kehidupan dan penghidupan (gaji) yang tidak layak,” pungkasnya.
 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan