Nasional

Perlu Watak seperti Gus Dur untuk Hadapi Kekerasan

Jum, 20 Desember 2019 | 05:30 WIB

Perlu Watak seperti Gus Dur untuk Hadapi Kekerasan

Pangdam V/Brawijaya, Mayor Jenderal TNI R Wisnoe Prasetja Boediana (tengah) berkunjung ke Pesantren Tebuireng Jombang. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online
Pangdam V/Brawijaya Mayor Jenderal TNI R Wisnoe Prasetja Boediana mengunjungi Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur dalam rangka membahas tentang kondisi umat Islam terkini. Terutama organisasi masyarakat berbasis Islam.
 
Saat tiba di Tebuireng, Mayor Jendral Wisnoe langsung disambut secara simbolis dengan pengalungan serban putih. Kemudian rombongan dari Kodam V/ Brawijaya ini langsung diarahkan menuju ke ndalem kesepuhan keluarga Tebuireng. Di sana mereka terlibat diskusi mendalam dan intens cukup lama.
 
Di hadapan Pangdam V/Brawijaya, KH Fahmi Amrullah Hadziq (Gus Fahmi) menjelaskan saat ini banyak ormas yang mengatasnamakan Islam tapi bertindak berlebihan dan mengarah kepada kerusakan. Baginya, ormas seperti itu disebabkan karena fanatik buta.
 
Sikap ini sebenarnya tak boleh dan perlu dihindari oleh golongan apapun. Karena apabila sikap fanatisme sudah menjangkit maka yang akan muncul adalah sikap menyalahkan kelompok atau organisasi lain.
 
"Ketika ada ormas yang berbuat kasar terhadap ormas yang lain itu semata-mata mereka terlalu fanatisme, bukan karena membela agama," jelasnya, Kamis (19/12).
 
Masalah ini menurut Gus Fahmi adalah tantangan yang harus diselesaikan oleh tokoh agama Indonesia beserta pihak keamanan seperti TNI dan Polri. Hal ini guna mencari solusi paling baik dan ada efek positif ntuk pembanguna bangsa ke depannya.
 
"Saya lihat apa yang dilakukan oleh Gus Dur untuk menghadapi kekerasan adalah dengan punya watak humorisnya. Sehingga mudah ketika orang sedang marah diajak bercanda maka marahnya akan mereda. Bercanda tapi pasti," ceritanya.
 
Ia menyayangkan banyak masyarakat awam yang terprovokasi sehingga ikut dalam golongan fanatisme ini. "Akibatnya, umat Islam malah terpecah belah dan yang rugi adalah umat Islam sendiri," ungkapnya.
 
Sementara itu KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menambahkan bahwa bersikap atau bertindak ke arah kekerasan itu tidak diperbolehkan oleh agama apapun. Sehingga perlu ditanyakan kembali apa bila ada oknum yang mengatasnamakan membawa misi agama tapi tindakannya jauh dari ajaran agama.
 
Gus Kikin juga menegaskan pentingnya komunikasi yang intens antara ulama dan TNI dalam merespons peristiwa yang dibungkus dengan agama. Agar masing-masing pihak bisa menempatkan posisinya dan bertindak sesuai wewenangnya.
 
"Ketika berhubungan dengan moral, para ulama yang akan memperbaiki. Sedangkan ketika sudah masuk ke ranah hukum, maka TNI-Polri yang menyelesaikan. Indonesia bisa terhindar dari perpecahan sepanjang komunikasi seperti silaturahim ini terus berjalan," tandasnya.
 
Pangdam V/Brawijaya kali ini disambut langsung oleh keluarga besar Pondok Pesantren Tebuireng seperti Wakil Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) dan Pengasuh Pesantren Tebuireng Putri KH Fahmi Amrullah Hadziq (Gus Fahmi). Ikut serta dalam penyambutan rombongan Kodam V/Brawijaya H Abdul Ghofar (Gus Ghofar), KH Irfan Yusuf (Gus Irfan), KH Abdul Hadi Yusuf (Gus Didik), dan kepala pondok beserta jajarannya.
 
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin