Nasional

Pesan Ketua LTN PBNU: Menulislah agar Namamu Abadi

Sel, 6 Desember 2022 | 07:00 WIB

Pesan Ketua LTN PBNU: Menulislah agar Namamu Abadi

Ketua LTN PBNU, H Ishaq Zubaedi Raqib, Senin (5/12/2022) di Solo Jawa Tengah mengatakan para penulis berada di garda terdepan untuk mencatat perjalanan. Sepandai apa pun seseorag, jika tidak menulis maka hilang dari sejarah. (Foto: NU Online/Firdausi)

Solo, NU Online 
Penulis adalah manusia-manusia pilihan yang hidup di alam senyap dan di ruangan yang tertutup. Sering pula, tanpa diduga bisa memunculkan ide-ide besar dan namanya akan abadi.


Pernyataan ini disampaikan oleh H Ishaq Zubaedi Raqib di acara Silaturrahim-Konsolidasi Penulis NU dan Pesantren di Hotel Novotel Solo Jln Slamet Riyadi 272, Surakarta, Jawa Tengah, Senin (5/12/2022)


Ketua Lembaga Ta'lif wan-Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) ini menjelaskan, di setiap masa tidak lepas dari campur tangan para penulis. Daulah Umayah, Abbasiyah, dan Utsmniyah menyimpan penulis-penulis besar. Bahkan namanya tetap abadi sampai saat ini.


"Al-Farabi, Ibnu Hazm dan lainnya adalah seorang filsuf besar. Namun, ketika masa kekhalifahan berakhir, namanya tetap menjadi rujukan dan pijakan oleh umat. Sama halnya dengan Mahbub Djunaidi dan Said Budairi telah memberikan sumbangsih pada dunia tulis menulis," ujarnya saat memberi sambutan.


Walaupun jumlahnya sedikit, lanjutnya, penulis memiliki pengaruh besar dan menebar manfaat pada khalayak lewat catatan. Sebaliknya, walaupun seorang penulis memiliki kekuatan, jika apa yang dicita-citakannya tidak tertulis, secara signifikan pergerakannya tidak membantu masyarakat.


"Kita adalah orang-orang yang ada di garda terdepan untuk mencatat perjalanan itu. Orang boleh pandai setinggi apa pun. Namun, jika tidak menulis maka akan hilang dari masyarakat dan sejarah. Ingat, menulis itu adalah pekerja untuk keabadian," katanya mengutip Pramoedya Ananta Toer.


Bagi Pak Edi, demikian ia akrab disapa, pertemuan ini sebuah kehormatan yang luar biasa. Kendati dalam sepanjang sejarahnya menjadi wartawan kurang lebih 30 tahunan. Tidak mudah mengumpulkan para penulis yang ada di Indonesia.


"Mari kita samakan spirit. Ruhnya adalah NU. Namun planvitalnya harus diperbaharui sesuai kebutuhan zaman dan bisa menjadi pendorong bagi kehidupan bangsa," tutur pria asal Pulau Madura, Jawa Timur ini.


Dalam sudut pandangnya, pendekatan yang dilakukan di masing-masing cabang seperti yang dilakukan oleh Solo, tentu tidak akan sama dengan tempat yang lain.


"Solo memang ada kekhasan dan membutuhkan terobosan. Karena di sini fluktuasi masalah yang sering terjadi dan berbeda dengan daerah lainnya. Oleh karenanya, mari kita gerakkan secara perlahan guna mewarnainya dengan hal-hal yang positif," pintanya.


Kontributor: Firdausi
Editor: Kendi Setiawan