Nasional

Pesantrennya Mas Bechi itu Shiddiqiyyah, Bukan Asshiddiqiyyah

Jum, 15 Juli 2022 | 15:30 WIB

Pesantrennya Mas Bechi itu Shiddiqiyyah, Bukan Asshiddiqiyyah

Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah Ploso, Jombang. (Foto: gresik.kemenag.go.id)

Jakarta, NU Online 
Nama Pondok Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah Ploso, Jombang, Jawa Timur yang kemudian lebih sederhana disebut Pesantren Shiddiqiyah belakangan ramai diperbincangkan sejak putra pengasuh pesantrennya tersandung kasus pelecehan seksual kepada sejumlah santriwati.

 

Pesantren ini sempat dicabut izin operasionalnya oleh Kemenag, namun akhirnya dibatalkan dengan alasan pelaku sudah menyerahkan diri.

 

"Dalam kasus yang terjadi itu tidak melibatkan lembaga Ponpesnya, tetapi oknum. Dan oknumnya, kan, sudah menyerahkan diri," kata Menteri Agama (Menag) Ad Interim Muhadjir Effendy beberapa waktu yang lalu.

 

Hanya, tampaknya beberapa media dan warganet kurang cermat dalam menyebutkan nama lembaga. Beberapa ditemukan salah penyebutan hingga salah ucap, yang seharusnya 'Shiddiqiyah' menjadi 'Asshiddiqiyah’.

 

Lebih disayangkan lagi karena sejumlah media mainstream pun tak luput dari salah penulisan ini di berita-berita yang mereka unggah. Letaknya beragam; mulai dari judul tulisan, deskripsi gambar, isi tulisan, sampai bagian tag berita.

 

Padahal, secara tidak langsung kesalahan demikian bisa menimbulkan salah persepsi. Jika diketik dalam mesin pencarian google dengan kata kunci 'Pesantren Asshiddiqiyah', maka yang muncul adalah Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta yang didirikan oleh almarhum KH Noer Muhammad Iskandar dan sekarang diasuh oleh salah satu putranya, KH Ahmad Mahrus Iskandar.

 

Artinya, hanya karena kurang cermat dengan menambahkan dua huruf 'a' dan 's' di awal, sehingga 'Shiddiqiyah' tertulis 'Asshiddiqiyah', dikhawatirkan membuat warganet yang kurang cermat akan mengiyakan begitu saja, tanpa sedar bahwa kedua pesantren ini berbeda dan tidak memiliki kaitan apa-apa.

 

Lebih jelasnya, berikut profil singkat Pesantren Shiddiqiyyah dan Pesantren Asshiddiqiyah yang dikutip dari berbagai sumber:

 

Pesantren Shiddiqiyyah Jombang 

Pondok Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah Ploso terletak di wilayah Jombang, Jawa Timur. Pesantren yang memiliki nama populer 'Pondok Pesantren Majma'al Bahrain Hubbul Wathan Minal Iman Shiddiqiyyah' ini berlokasi di Jalan Raya Ploso Babat, Desa Losari, Kecamatan Ploso, Jombang.

 

Pesantren ini awalnya dirintis KH Ahmad Syuhada (Prajurit Diponegoro) dengan nama Kedungturi yang dibangun sekitar 1850-an. Setelah Pangeran Diponegoro wafat pada 1855, Kiai Ahmad Syuhada berpindah ke Jawa Timur, tepatnya di Ploso, Jombang.

 

Kemudian, Pesantren ini dilanjutkan oleh putra Ahmad Syuhada, Muchammad Cholil, yang dikenal dengan H. Abdul Mu'thi. Abdul Mu'thi memiliki 17 putra. Setelah itu pesantren diteruskan oleh putra keenam Abdul Mu'thi, Munasir.

 

Berikutnya, pesantren diteruskan oleh putra ke-12 Abdul Mu'thi, Kiai Muchtar Mu'thi atau lebih dikenal dengan Kiai Tar (ayah dari Mas Bechi). Kiai Tar mulai menyebarkan ajaran Thoriqoh Shiddiqiyah sejak 1958 yang ia terima dari Syekh Syu'eb Jamali Al Bantani yang masuk Thoriqoh Kholwatiyyah dari Yaman.

 

Pada 1967, Kiai Tar mendirikan Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah. Pesantren ini kemudian membangun gedung bertingkat pada 1974 dan mulai menerima pendaftaran santri.

 

Dalam data emis dashboard Kemenag, Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah memiliki nomor statistik 510335170176 dan izin Operasional (Ijop) dengan nomor 875/Kk.13.12.5/11/2018.

 

Pesantren Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah tidak tergabung dalam naungan Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU). Artinya, pesantren ini tidak terafiliasi dengan NU.

 

Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta 

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta terletak di Jalan Panjang No.6C, RT. 5/ RW. 11, Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

 

Pesantren ini didirikan oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ.  pada Juli 1985/ Rabiul Awal 1406 H dalam kapasitasnya sebagai lembaga pendidikan, keagamaan, dan kemasyarakatan.

 

Kiai Noer merupakan tokoh kelahiran Banyuwangi 5 Juli 1955 dari pasangan Kiai Iskandar dan Nyai Rabiatun. Ia wafat pada 13 Desember 2020, di RS Siloam Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

 

Sepeninggal Kiai Noer, Pesantren Asshiddiqiyah diasuh oleh salah satu putranya, KH Ahmad Mahrus Iskandar hingga sekarang.

 

Pesantren Asshiddiqiyah juga tergabung dalam naungan Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU). Artinya, secara organisasi pesantren ini terafiliasi dengan NU.

 

Dalam data emis dashboard Kemenag, Pesantren Asshiddiqiyah memiliki nomor statistik 51003173001 dan izin Operasional (Ijop) dengan nomor 3888./Kk.09.5/3/Kep/09/2020.

 

Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

 

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Aiz Luthfi