Nasional PEKAN OLAHRAGA PEREMPUAN

POP Wadah Ekspresi Olahraga Perempuan

Ahad, 22 Juli 2018 | 17:00 WIB

POP Wadah Ekspresi Olahraga Perempuan

Bola voli salah satu cabang pada POP Fatayat NU 2018

Tulungagung, NU Online
Sejak awal dicanangkan sebagai program nasional, Pekan Olahraga Perempuan (POP) Fatayat NU dimaksudkan untuk pembudayaan olahraga, menggalakkan partisipasi perempuan sekaligus sebagai ruang ekspresi. Dalam pelaksanaannya terbukti perempuan dari berbagai kalangan dan usia terlibat aktif. 

Murni, pengurus PBVSI Jawa Timur mengatakan ada hal menarik dalam ajang POP Jatim. Selain tingkat partisipannya tinggi, keunikan lainnya adalah syarat peserta yang semua cabang olahraga (Cabor) berusia minimal 35 tahun.

"Jadi ini yang unik pesertanya usia 35 tahun ke atas, biasanya pertandingan olahraga pesertanya mayoritas pemuda jadi yang tua gak dapat tempat. Atau kalaupun ikut ya kalah," tuturnya, pada hari kedua POP region Jatim, Ahad (22/7).

Usia memang menjadi syarat utama keikutsertaan peserta. Batas minimal untuk semua cabor adalah 35 tahun. Bahkan untuk bola voli, peserta tertua berusia 65 tahun dari Kota Blitar. Selain usia, syarat lainnya adalah delegasi dari organisasi perempuan. 

PBVSI mengapresiasi usaha Fatayat NU untuk memfasilitasi keterlibatan usia lanjut dalam hal olahraga. Dengan adanya syarat minimal tersebut, kekuatan peserta menjadi seimbang. Walaupun di satu sisi justru yang lansia bisa tampil lebih prima. 

"Nah, makanya menurut saya ini penting menkado pertimbangan cabor-cabor lain yang mengadakan pertandingan profesional. Setidaknya usia lanjut tetap di perhatikan. Menurut kami ini bisa diusulkan aga bisa disahkan," kata Murni.

Senada dengan PBVSI, PBSI pun memberi kesan tersendiri soal persyaratan peserta POP. Pada Cabor bulutangkis, peserta tertua berusia 50 tahun tanding melawan pemain dengan usia yang sama secara tak sengaja. "Jadi dua orang pemain tertua bertemu di satu lapangan, seru banget. Sama kuat dan skornya tipis. Ternyata mereka sama-sama mantan pemain klub," jelas Iwan, salah satu wasit. 

Menurutnya, perempuan khususnya yang sudah berusia lanjut harusnya diberikan ruang ekspresi dalam olahraga. Kalau tidak, mereka yang mantan pemain profesional atau setidaknya pemain di klub tetap memiliki motivasi untuk hidup sehat dan sportif.

Masih menurut Iwan, dia secara pribadi dan PBSI berharap POP dapat menjadi ajang tahunan. "Maka, inilah uniknya Fatayat yang bisa mengakomodir perempuan dari segala usia dan latar belakang serta kondisinya yang bermacam-macam," tutup Iwan.

Selain soal usia dan latar belakang organisasi, ajang POP memiliki keunikan lain. Adanya pemain yang masih membawa serta balitanya dan menunggui di pinggir lapangan ketika ibunya bermain, juga menjadi sorotan. Hal itu menunjukkan semangat tak kunjung padam dengan apa pun kondisinya.

Iffah (35) delegasi dari Fatayat NU Kabupaten Kediri mengajak anaknya yang masih balita. Menurutnya, kecintaannya pada organisasi dan olahraga bisa menimbulkan kekuatan tersendiri. Saat ditanya soal keikutsertaan balitanya, Iffah menjawab singkat, "Biar dia mengerti dan merasakan arti perjuangan." (Red: Kendi Setiawan)