Nasional

PP Pergunu Dukung Calistung Dihilangkan saat Tes Masuk SD

Sel, 4 April 2023 | 18:00 WIB

PP Pergunu Dukung Calistung Dihilangkan saat Tes Masuk SD

Ilustrasi anak usia dini sedang belajar. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online
Sekretaris Umum Pimpina Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) Aris Adi Leksono mendukung calistung dihilangkan dalam tes masuk SD/sederajat. Alasn pertimbangan Pergunu dukung calistung dalam tes masuk SD dihilangkan adalah kerena kebijakan ini mendukung pemenuhan hak pendidikan anak.

 

“Dalam perpektif UU perlindungan anak, kebijakan ini mendukung pemenuhan hak pendidikan anak,” kata Aris, kepada NU Online, Selasa (4/4/2023).

 

Pasal 9 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 menyatakan : (1) Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat.

 

Kebijakan tersebut menurutnya membuka peluang anak untuk mendapatkan layanan pendidikan yang semakin terbuka, sehingga angka partisipasi anak untuk sekolah akan meningkat.

 

“Dengan kebijakan itu semakin membuka peluang anak untuk tidak putus sekolah,” tuturnya.

 

Sebab, lanjut ia, secara psikologis calistung lebih tepat diajarkan anak pada usia 6-7 tahun. “Artinya saat usia SD itulah saat yang tepat anak mulai diberikan pembelajaran calistung,” imbuhnya.

 

Seperti diketahui, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) melakukan penyesuaian Kurikulum Merdeka Belajar. Langkah ini diambil setelah tes membaca, menulis, dan menghitung (calistung) dihapus dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) jenjang Sekolah Dasar (SD).

 

Mendikbudristek Nadiem Makarim menyebut, miskonsepsi tentang calistung pada pendidikan anak usia dini masih sangat kuat di masyarakat.

 

"Bukan berarti calistung itu bukan topik yang penting untuk diajarkan di PAUD. Saya tidak mau ada salah pengertian di sini. Pengertiannya adalah ada miskonsepsi bahwa hanya calistung yang terpenting dan cara ngajarin calistungnya itu salah. Kenapa salah, karena ini menjadi suatu metode yang mengasosiasikan anak-anak PAUD kita, mengasosiasikan sekolah menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan," ujarnya dalam peluncuran Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan, dilansir dari Kompas.com.

 

Nadiem mengaku kecewa lantara calistung dijadikan kriteria untuk anak masuk SD. Padahal, menurutnya, pendidikan bagi anak PAUD bukan hanya mengedepankan kemampuan calistung, melainkan juga mengasah kemampuan peserta didik yang bersifat holistik mencakup kematangan emosi, kemandirian, hingga kemampuan berinteraksi.

 

"Ini menjadi hal yang tidak bisa lagi ditolerir dan kami mohon bantuan semua bapak ibu di dalam ruangan ini dan yang menonton Youtube untuk segera menghilangkan error besar ini seolah-olah SD di Indonesia tidak punya tanggung jawab sama sekali sama calistung dan menjadi tanggung jawab PAUD, ini mau saya hilangkan miskonsepsi ini. Dan satu hal yang paling menyedihkan adalah persepsi mengenai calistung adalah satu-satunya yang penting dalam pembelajaran," tegasnya.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi