Nasional

Prof Nasaruddin Umar Ceritakan Bukti Allah Memuliakan Perempuan 

Sen, 26 September 2022 | 11:45 WIB

Prof Nasaruddin Umar Ceritakan Bukti Allah Memuliakan Perempuan 

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar menjelaskan hal itu saat pengajian Muslimat NU DKI Jakarta, Sabtu (24/9/2022). (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Agama Islam sangat memuliakan perempuan dan memberikan kedudukan khusus bagi mereka. Dalam meneguhkan kedudukan tersebut, Allah swt menurunkan Surat Annisa yang artinya perempuan, guna menjelaskan kepada umat manusia mengenai segala hal terkait perempuan.


Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar menjelaskan hal itu saat pengajian Muslimat NU DKI Jakarta, Sabtu (24/9/2022).


"Rasulullah saw juga memberitahukan bahwa perhiasan terbaik yang ada di dunia, adalah Mar’atun shalihah, perempuan yang baik. Dari Abdullah Ibnu Umar, ia berkata, "Rasulullah pernah bersabda, 'dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah mar’atun salihah," jelas Prof Nasaruddin Umar mengutip hadist riwayat Muslim.


Prof Nasaruddin juga memaparkan perempuan terbaik menurut Al-Qur’an. Ia mengutip Al-Qur’an Surat At Tahrim ayat 11 yang artinya, "Dan Allah membuat isteri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim."


Ia menjelaskan Asiyah adalah gadis yang sangat cantik dan menarik. Kecantikanya terdengar di kalangan kerajaan Firaun. Aisyah menjadi kebanggaan bagi laki-laki pada saat itu yang bisa memenangkan hati Asiyah, tidak kecuali juga Firaun.


"Firaun pun meminang Asiyah untuk jadi istrinya, namun ditolaknya," ia menceritakan.


Prof Nazarudin melanjutkan, semasa hidupnya sedikitnya Asiyah dua kali menolak permintaan Firaun. Penolakan pertama adalah saat hendak dipinang orang yang menganggap dirinya sebagai Tuhan. 


"Tidak disebutkan dengan jelas latar belakang atau dukungan keluarga yang diberikan hingga Asiyah berani menolak pinangan tersebut. Asiyah disebutkan luluh saat orangtuanya ditangkap karena dianggap sebagai orang tua maka harus bertanggung jawab atas penolakan Asiyah," lanjut Prof Nasaruddin.


Penolakan kedua adalah saat Asiyah tidak mau membunuh anak laki-laki yang ditemukan dalam keranjang. Asiyah berhasil ‘melobi’ Firaun yang kala itu mewajibkan tiap anak laki-laki yang baru lahir harus dibunuh.


Firaun khawatir takhtanya direbut. Hal itu karena Firaun mempercayai tafsir mimpi dari para peramalnya (ahli nujum). Anak tersebut ternyata Nabi Musa as yang kemudian menjadi nabi dan membawa wahyu dari Allah swt dan membongkar kebohongan Firaun. 


"Kisah tentang Asiyah yang mengambil Nabi Musa as disebutkan dalam Al-Qur'an Surat Al-Qashash ayat 9," terang Prof Nasarudin.


Editor: Kendi Setiawan