Nasional

Prof Quraish Shihab Tegaskan Pentingnya Kembali ke Pancasila sebagai Solusi Problem Bangsa

Sel, 5 Maret 2024 | 18:00 WIB

Prof Quraish Shihab Tegaskan Pentingnya Kembali ke Pancasila sebagai Solusi Problem Bangsa

Prof M Quraish Shihab. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online 

Cendekiawan Muslim Indonesia Prof M Quraish Shihab menegaskan pentingnya kembali kepada nilai-nilai Pancasila sebagai solusi atas berbagai problem bangsa. Menurutnya, Pancasila juga merupakan titik temu bagi seluruh rakyat di tengah kemajemukan Indonesia.


"Kembali deh ke Pancasila. Laksanakan itu secara baik dan benar, problem kita akan terselesaikan," ungkap Prof Quraish dalam Dialog Kebangsaan Merawat Ukhuwah Kebangsaan Menjaga Persatuan Indonesia, pada Senin (4/3/2024).


Ia menekankan bahwa Pancasila mencerminkan nilai-nilai dasar yang bersifat universal, termasuk kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemanusiaan, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah, persatuan, dan keadilan sosial.


Prof Quraish menerangkan bahwa sebagai bangsa, Indonesia memiliki banyak titik temu. Misalnya titik temu yang ada di dalam poin Ketuhanan yang Maha Esa dalam butir Pancasila. 


Meski penafsiran 'Maha Esa' sendiri bisa jadi beda-beda, tetapi pada intinya adalah masyarakat Indonesia bersepakat percaya adanya penguasa. 


"Tuhan adalah pangkalan tempat bertolak dan pelabuhan tempat bersua. Kita berbeda mari kita kembali kepada tuntunan Tuhan," terangnya.


Nilai selanjutnya adalah kemanusiaan. Penulis Tafsir Al-Misbah itu menilai bahwa nilai kemanusiaan mendahului keberagamaan. 


"Kemanusiaan itu tidak hanya tertuju pada manusia, tertuju kepada seluruh makhluk," tuturnya. 


Prof Quraish juga menyoroti nilai kerakyatan. Ia mengaku terkagum-kagum dengan butir tersebut lantaran memuat pesan mendalam.


"Saya itu merenung-renung tentang apa yang dirumuskan yang menjadi kesepakatan kita tentang kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, luar biasa, luar biasa," tuturnya.


"Tahu apa arti rakyat? Rakyat itu dari kata ri'ayah, ra'in, penggembala itu dinamai ra'in yang memelihara, memberi makan, melindungi. Rakyat itu harus dipelihara, dilindungi," sambungnya.


Sementara pada nilai dipimpin oleh hikmah, ia menjelaskan hikmah serapan dari kata yang berarti kendali. Hikmah sendiri merupakan sinonim siasat. Siasat, katanya, terambil dari kata dalam bahasa Indonesia ada kata sais atau kusir. 


"Apa syaratnya (menjadi pengemudi)? Dia harus kenal fungsi-fungsi kendaraan yang dia akan gunakan. Kalau tidak tahu, tidak boleh mengemudi. Bukan cuma tahu, punya pengalaman dalam hal itu," terangnya. 


Prof Quraish juga menekankan pentingnya mengedepankan akhlak dalam menjalankan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah. Menurutnya, akhlak merupakan aspek penting dalam mengemban tanggung jawab sebagai warga negara yang bertanggung jawab.


"Mengemudi itu ada seninya, bukan asal. Ada lagi dan ini yang hilang dari kita, apa itu? akhlak. Mengemudi itu perlu akhlak," tuturnya. 


"Nah, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah, oleh siasat yang syaratnya seperti itu. Dalam permusyawaratan. Apa itu musyawarah? Itu pada mulanya berarti mengambil madu dari sarangnya. Siapapun yang menemukan madu itu, itu milik bersama," imbuhnya.


Menurutnya, dengan kembali kepada nilai-nilai Pancasila, bangsa Indonesia dapat menemukan solusi bagi berbagai problem yang dihadapi. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila secara baik dan benar, masyarakat Indonesia dapat bersatu dan mengatasi tantangan masa depan dengan bijaksana.


"Sebenarnya problem kita, kalau kita punya problem boleh jadi kita tidak tahu penyakitnya apa, dan kita tahu bahwa obatnya ada pada diri kita," pungkasnya.