Nasional

Pulang dari Pesantren Santri Jangan Takut Melarat

Kam, 13 Oktober 2022 | 10:15 WIB

Pulang dari Pesantren Santri Jangan Takut Melarat

Ilustrasi: Pesantren saat ini banyak yang mengembangkan keahlian tidak hanya ilmu agama. (Foto: Pesantren Al-Imdad Bantul Yogyakarta)

Jakarta, NU Online
Di masyarakat masih ada keraguan bagaimana manfaat memasukkan anak ke pondok pesantren. Ada yang khawatir nanti selepas lulus dari pesantren tidak bisa bekerja atau masih banyak lagi kekhawatiran lainnya.


Padahal, selama di pesantren, santri tidak hanya digembleng dengan ilmu agama, dalam hal ini kitab-kitab kuning. Saat ini sudah banyak sekali pesantren yang membekali santrinya dengan keterampilan. Harapannya adalah selepas boyong dari pesantren, santri-santri tidak kesulitan lagi dalam mencari pekerjaan.


KH Abdul Aziz Manshur pada tayangan video yang diakses NU Online, Rabu (12/10/2022) berpesan agar santri jangan takut untuk melarat selepas boyong dari pesantren.


"Kalau santri pulang dari pondok. Memorinya itu hanya dua kalimat. Kalian mondok bertahun-tahun, pulang harus berani melarat," tegasnya.


"Arti melarat di sini itu bukan tidak punya uang atau tidak bisa makan," lanjut Kiai Aziz.


Saudara dari Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH M Anwar Manshur ini melanjutkan, bahwa santri jangan khawatir tidak bisa makan, sebab semuanya itu adalah milik Allah. 


"Santri jangan khawatir tidak bisa makan. Kenapa? Sebab yang mempunyai semesta adalah Allah. Yang mempunyai padi, beras itu Allah," jelasnya.


Dikatakannya, selagi seseorang mau untuk menjadi pelayan ilmu, maka rezeki orang itu akan terus dijaga.


"Selagi kalian mau menjadi pelayan ilmu. Ilmu berkata: Ya dunya, ukhdumi man khadamani. Wahai dunia, jika ada orang yang melayaniku, entah itu dengan cara mengamalkan ilmu atau mengajarkan ilmu. Layanilah, apa yang menjadi keinginan orang tersebut, kabulkanlah," terangnya.


Kiai yang dikenal sebagai kiai lembut yang inspiratif ini kemudian menjelaskan makna dari berani melarat. Menurutnya arti melarat di sini adalah seorang santri yang telah boyong harus berani menghadapi apa saja. 


"Ini yang diucapkan oleh orang-orang sekarang itu menjadi orang-orang yang intelektual. Arti daripada intelektual itu bukan yang hanya bisa (mengucapkan) I love you saja. Bukan seperti itu. Jangan salah paham," tukasnya.


"(Jadi) yang bisa bilang I love you adalah yang intelektual. Bukan, tapi adalah mereka yang bisa memposisikan dirinya itulah yang dinamakan intelektual. Berani menghadapi apa saja," lanjutnya.


Selain itu, sosok yang wafat pada tahun 2015 lalu ini juga menjelaskan ciri lainnya, yakni tidak mudah 'menjual' ilmu maupun agama.


"Dan apabila terbentur dengan masalah duniawi tidak akan mudah menjual agama. Tidak mudah menjual ilmu, tidak mudah menjual agama. Ilmunya tidak sedikit-sedikit dijual. Agamanya tidak sedikit-sedikit dijual (untuk kepentingan dunia). Itulah yang dimaksud dengan berani melarat," tutupnya.


Kontributor: Ahmad Hanan
Editor: Kendi Setiawan