Nasional

Rais 'Aam PBNU: Dalam Ibadah Haji Ada Nilai Ketauhidan Sangat Tinggi 

Jum, 9 Juni 2023 | 15:30 WIB

Rais 'Aam PBNU: Dalam Ibadah Haji Ada Nilai Ketauhidan Sangat Tinggi 

Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: Tangkapan layar Youtube Multimedia KH. Miftachul Akhyar)

Jakarta, NU Online
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menyampaikan bahwa tujuan umat Islam dalam menunaikan rukun Islam yang kelima tentu sama, yakni ingin meraih gelar haji yang mabrur, ditandai dengan perilaku-perilakunya yang jauh lebih baik sebelum melaksanakan ibadah haji.


Harapan menjadi haji yang mabrur hendaknya benar-benar dapat diwujudkan oleh mereka yang sedang beribadah haji. Karena menurutnya dalam ibadah haji terdapat nilai-nilai ketauhidan yang sangat tinggi. Nilai-nilai ini yang bisa menjadikan para jamaah haji fokus dalam melaksanakan rangkaian-rangkaian ibadah haji.


"Dalam ibadah haji (ada) nilai ketauhidan sangat tinggi, bagaimana tidak? Siapa pun, pangkatnya setinggi apa pun dan rakyat jelata pun kalau sudah mereka berada di mikat, mereka diperintahkan untuk melepaskan atribut-atribut duniawiahnya, kesukuannya, bahkan kelompoknya," katanya dalam video yang diunggah Instagram @tv9nusantara diakses NU Online, Jumat (9/6/2023). 

 

Hal itu memberi makna bahwa semua jamaah haji berada dalam posisi dan situasi yang sama. Mereka juga tak lagi punya kebanggaan atas jabatan atau atribut-atribut yang melekat pada jamaah haji selama ini.


"Karena perpecahan dan pertentangan disebabkan karena masalah atribut-atribut keduniawiannya. Artinya, sebelum mereka melewati miqat mereka diperintah melepas atribut duniawiahnya, melepaskan pakaian-pakaian yang menjadi kebanggaan yang menjadikan satu sama lain saling jor-joran saling membanggakan," ujarnya.


Jamaah haji rata-rata mengenakan pakaian yang tidak berjahit. Pakaian yang semula kadang dibanggakan karena bermerk dan dari taylor (penjahit) berkualitas, tapi saat melaksanakan ibadah haji sudah tak berlaku lagi. Semuanya sama.


"Artinya dia melepaskan keakuannya, siapa pun saya, siapa pun manusianya. Ini menandakan betapa persatuan dan ketauhidan sangat tinggi, karena saat itu dia hanya diperintahkan hanya untuk bertalbiah mengagungkan Allah, sudah melupakan dirinya, melupakan hiasan-hiasan duniawinya," jelasnya.


Bahkan, lanjutnya, sampai memotong kuku pun dilarang. Pun demikian mencabuti rambut, hingga hal-hal yang berbau hiasan. "Oleh karena itu siapa yang tidak rindu dengan ibadah haji? Apalagi janji dawuh Rasulullah saw yang sangat tinggi nilainya, dalam sabdanya: Haji yang mabrur tidak ada pembalasan yang pantas dibalaskan kecuali oleh surga," ungkapnya.


Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah ini mendoakan para jamaah haji bisa menunaikan semua rangkaian ibadah haji dengan lancar, diberi keselamatan hingga kembali ke Tanah Air, dan bisa meraih haji yang mabrur.


"Semoga Allah memberikan keselamatan pada jamaah kita dan menghindari percekcokan, sabar dalam melaksanakan ibadah haji agar betul-betul pulang menjadi haji yang mabrur sehingga Indonesia akan menjadi lebih baik karena akan diisi oleh mereka haji yang mabrur," tuturnya.


Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Kendi Setiawan