Nasional

Rais 'Aam PBNU: Kemanfaatan Seseorang Tergantung Taufik dari Allah

Sab, 19 Juni 2021 | 13:30 WIB

Rais 'Aam PBNU: Kemanfaatan Seseorang Tergantung Taufik dari Allah

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengungkapkan bahwa ilmu yang tinggi dan pengalaman luas tidak menjamin seseorang bisa memberi manfaat banyak di masyarakat, meskipun ia belajar jauh hingga ke luar negeri. Karena menurut Kiai Miftach, kemanfaatan seseorang tergantung taufik dari Allah.


Saat ini, menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, banyak orang yang memiliki pengalaman panjang dengan menjelajahi berbagai negara. Ia juga memiliki daftar biografi panjang dengan rentetan gelar akademik. Hampir tidak ada negara yang tidak pernah dijelajahi sehingga pengalamannya pun begitu banyak.


"Tapi, tidak bawa faedah sama sekali,. Tidak ada perubahan dan hal yang bisa diambil manfaat oleh masyarakat. Sekedar pengalaman. Mestinya berdasarkan logika, semakin banyak ilmu dan pengalaman maka semakin besar kemanfaatan seseorang tersebut,” ungkapnya.


“Kalau lah seorang seperti itu, maka pintu taufiknya tertutup. Karena ilmu dan pengalaman tidak terpakai," jelasnya saat kajian rutin Kitab Al-Hikam di TV NU pada Jumat, (18/6).


Namun sebaliknya, menurut Kiai Miftach, terkadang ada seseorang yang belajarnya tidak kemana-kemana, tidak sampai ke Timur Tengah dan Eropa, tapi bermanfaat di masyarakat. Hal ini menandakan bahwa taufik dari Allah lah yang kuasa menentukan nasib seseorang.


Ada juga orang yang masa belajarnya tidak lama, pengalamannya tidak banyak, ternyata faedahnya berlipat-lipat dan bermanfaat di masyarakat. Ia juga sering menjadi penolong bagi orang lain.


Namun perlu disadari, untuk mendapatkan taufik dari Allah, tidaklah hanya menunggu saja namun diperlukan sebuah ikhtiar. Bagian dari taufik adalah sebuah upaya dan dimudahkan oleh Allah untuk melakukan semua hal tersebut. Ikhtiar itu lanjutnya, berupa usaha nyata seperti melayani masyarakat, belajar, beribadah lalu meminta taufik kepada Allah.


"Sehingga umur bukan jadi patokan. Tapi isi dari umur itulah yang menjadi perhatian. Orang-orang yang baik adalah yang panjang usianya dan banyak amal baiknya. Barakah itu tidak diminta, tapi harus usaha dan nanti diberikan oleh Allah," tegas Pengasuh Pesantren Miftachussunah Surabaya ini.


Seseorang yang sudah mendapatkan taufik lanjutnya, akan diberikan ganjaran oleh Allah dalam setiap perbuatannya. Bahkan ganjaran itu terkadang melalui orang lain yang terinspirasi darinya.


"Sungguh jika Allah menunjuk seseorang dengan lantaran kamu, maka nilai dari itu lebih baik dari barang berharga dan kebanggaan," tutup Kiai Miftach.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Muhammad Faizin