Nasional

Rashdul Qiblat Terjadi Besok, Saatnya Verifikasi Arah Kiblat

Kam, 14 Juli 2022 | 17:00 WIB

Rashdul Qiblat Terjadi Besok, Saatnya Verifikasi Arah Kiblat

Ilustrasi rashdul qiblat. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online 

Matahari pada Jumat (15/7/2022) esok, pukul 12.27 Waktu Arab Saudi berada tepat di atas Kabah. Akibatnya, semua bayangan yang dihasilkan dari cahaya matahari itu akan tepat mengarah ke kiblat.


Peristiwa demikian dapat disaksikan secara langsung oleh umat Islam Indonesia pada Jumat (15/7/2022) sore, pukul 16.27 WIB dan 17.27 WITA. Hal ini menjadi kesempatan penting bagi umat Islam untuk memastikan arah kiblat rumah, mushala, atau masjidnya tepat mengarah ke Kabah.


"Fenomena seperti ini menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk mencocokkan arah kiblatnya secara lebih presisi, bagi yang belum pernah mencocokkannya," ujar KH Sirril Wafa, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), kepada NU Online pada Kamis (14/7/2022).


Namun, bagi yang sudah pernah melakukannya dan meyakini ketepatan arah kiblatnya, tidak perlu mengulangnya setiap tahun. "Kalau sudah pernah dan sudah yakin (di lokasi yg sama), maka tidak harus setiap tahun melakukan ulang. Sebab pada dasarnya arah kiblat suatu tempat tidak mengalami perubahan," jelas Kiai Sirril.


Ia menjelaskan bahwa fenomena posisi matahari tepat di atas Ka'bah merupakan salah satu di antara sekian banyak momen pilihan untuk dapat meluruskan arah kiblat secara lebih mudah.


"Kita bisa meluruskan garis kiblat secara mandiri dan mudah pada waktu yang bersamaan di berbagai lokasi yang masih sesama zona waktunya. Misalnya sama-sama WIB, atau sama-sama WITA," katanya.


Hal tersebut penting untuk dilakukan mengingat urgensi kiblat dalam menentukan sah tidaknya shalat. "Menghadap kiblat merupakan syarat sahnya shalat seseorang. Karena itu upaya mencari titik yang benar dari suatu lokasi ke arah Ka'bah menjadi sangat penting," jelasnya.


Tentu saja, lanjutnya, ikhtiar semacam ini disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat perkembangan budaya yang ada. 


Saat ini, segala peralatan dan data yang diperlukan untuk menghitung dan mengukur sudut arah kiblat sudah sangat mudah didapat. "Ada berbagai cara yang bs diusahakan untuk mengukur arah kiblat, dari yang sangat kompleks hingga yang termudah," jelas dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.


Pengukuran dengan memanfaatkan saat matahari tepat di atas Kabah, menurutnya, adalah cara termudah yang dapat dilakukan seseorang. 


"Hal yang terpenting adalah jam yang tepat. Ini perlu kalibrasi dengan mencocokkan jam ke BMKG, yang bs diakses melalui situsnya," jelasnya.


Meskipun cara ini terbilang mudah, tetapi hanya bisa dilakukan dua kali dalam setahun, yakni akhir Mei dan pertengahan Juli. "Cara seperti ini hanya dapat dilakukan dua kali dalam setahun di akhir mei dan pertengahan Juli untuk Indonesia khusus bagi zona wkt Indonesia bagian barat dan tengah," katanya.


Untuk Indonesia Timur, lanjutnya, bisa dilakukan di sekitar bulan November dan Januari pada beberapa saat setelah matahari terbit.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad