Sadar Risiko Bencana Masih Jadi PR, Santri Harus Peduli
Jumat, 23 Oktober 2020 | 14:00 WIB
Ketua LPBINU, M Ali Yusuf mengatakan semua kalangan termasuk santri harus melakukan upaya sadar risiko bencana. (Foto: NU Online)
Kendi Setiawan
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU, Muhammad Ali Yusuf mengatakan kesadaran dan literasi tentang risiko bencana harus terus diupayakan. Selain itu, perlu pula upaya penyadaran dan peningkatan kapasitas untuk mengelola risiko bencana agarmenumbuhkan budaya sadar risiko bencana.
"Sadar risiko bencana harus menjadi gaya hidup," kata Ali, Jumat (23/10) di Jakarta.
Menurutnya, saat ini budaya sadar risiko bencana masih menjadi PR besar di Indonesia. Banyak orang yang tidak tahu potensi risiko bencana yang ada di tempat dan daerahnya. Ada juga yang sudah tahu risiko bencana, tapi acuh terhadap situasi di daerah dan di sekelilingnya.
Semua kalangan, semua komponen masyarakat termasuk santri, lanjut Ali, harus melakukan upaya tersebut. "Saat pandemi Covid-19 misalnya, betapa banyak orang atau pihak yang belum sadar risiko yang akan diterima jika tidak melaksanakan protokol kesehatan. Bahkan, masih ada yang tidak percaya bahwa pandemi itu ada dan menebar risiko bagi siapa pun," ujar Ali.
Di kalangan pesantren upaya tersebut dilakukan melalui banyak cara misalnya membentuk Santri Siaga Bencana. Pasalnya, sadar risiko bencana itu bukan berarti pasif, tidak sekedar tahu dan sadar saja. Tetapi, aktif melakukan upaya atau aksi pengelolaan dan pengurangan risiko bencana berbasis penilaian terutama kapasitas yg telah dimiliki agar risiko dapat dikurangi atau bahkan bisa jadi dihilangkan.
"Jadi, jika budaya sadar risiko pandemi Covid-19 sudah tumbuh, protokol kesehatan pasti dijalankan. Dengan demikian potensi infeksi Covid-19 dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan," jelasnya.
Ali optimis, budaya sadar risiko bencana pada gilirannya nanti menghasilkan kemandirian dalam menghadapi setiap potensi bencana yang akan muncul termasuk pandemi Covid-19. Dalam istilah kebencanaan itu dinamakan ketangguhan.
"Yaitu kondisi di mana seseorang atau kelompok mampu mengurangi potensi ancaman dan dampak, mampu melakukan penanganan atau merespon saat terjadi, dan mampu cepat pulih setelah terjadi," jelas Ali.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menerima dan Menghargai Hasil Pilkada Sebagai Musyawarah Besar Rakyat
2
Khutbah Jumat: Daerah Berkah dengan Karakter Memimpin Ala Rasulullah
3
Gus Hilmy dan NU Online Gelar Lomba Menulis Khutbah Jumat, Berikut Link Pendaftarannya
4
Kronologi Penembakan terhadap Guru Madin di Jepara Versi Korban
5
Penentuan Wilayah Hukum dalam Awal Bulan Hijriah Harus Bisa Dipertanggungjawabkan Secara Ilmiah
6
Prof Kamaruddin Amin Terpilih sebagai Ketua Umum PP ISNU 2024-2029
Terkini
Lihat Semua