Nasional

Sembilan Fakta Kompetisi Sepak Bola Liga Santri Nusantara

Jum, 8 November 2019 | 08:50 WIB

Sembilan Fakta Kompetisi Sepak Bola Liga Santri Nusantara

Salah satu aksi pemin liga santri nusantara. (Foto: NU Online/Alawi)

Bogor, NU Online

Liga Santri Nusantara diselenggarakan pertama kali oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada 2015. Kemenpora penyelenggara tunggal dengan penyelenggaraan seri nasional di Sidoarjo Jawa Timur.

 

Penyelenggara Liga Santri tahun 2016, 2017, 2018, Kemenpora melibatkan Rabithah Ma'ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMINU) sebagai penyelenggara. Pada 2019 RMINU penyelenggara tunggal di tingkat regional, dibantu Kemenpora di tingka seri nasional.

 

Juara pertama Liga Santri Nusantara 2015 adalah Pondok Pesantren Nurul Islam, Jember Jawa Timur. Juara pertama musim 2016 adalah Pesantren Nur Iman Mlangi, Sleman, Yogyakarta. Juara pertama musim 2017 adalah pesantren Darul Huda Mayak, Ponorogo Jawa Timur. Juara pertama musim 2018 adalah pesantren Nurul Khairat Balikpapan, Kalimantan Timur. Juara pertama musim 2019 akan diperebutkan sore ini antara Nur Iman Yogyakarta dan Al-Ma'mur Banten.

 

Tempat penyelenggaraan Liga Santri Nusantara berpindah-pindah. Musim 2015 diadakan di Sidoarjo, Jawa Timur. Musim 2016 di Sleman, Yogyakarta. Musim 2017 dilaksanakan di Bandung. Musim 2018 di Solo, Jawa Tengah. Musim 2019 dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat.

 

Hingga 2018 tidak pernah ada pesantren yang juara berturut-turut. Bahkan belum ada yang juara dua kali. Nur Iman berpeluang untuk juara kedua kali jika sore ini di stadion Mini Cibinong, Bogor, mengalahkan Al-Ma'mur.

 

Rafly Mursalim merupakan pemain liga santri Nusantara yang kini menjadi pemain nasional di U 23 dan klub Mitra Kukar. Dia merupakan mesin gol musim 2016 saat memperkuat pondok pesantren Al-Asya'ariyah Tangerang Selatan, Banten. Selain dia, ada beberapa pemain liga santri yang dipanggil Indra Sjafri.

 

Dengan adanya liga santri Nusantara, para santri dan warga NU ke stadion sepak bola. Simbol-simbol NU, lagu Ya Lal Wathon bergema di stadion sepak bola.

 

Sampai musim kedua liga santri Nusantara tidak punya tagline. Tahun ketiga memiliki tagline, Dari Pesantren untuk NKRI. Mulai tahun keempat berubah menjadi Dari Pesantren untuk Sepak Bola Indonesia.

 

Melalui Liga Santri Nusantara remaja yang memiliki hobi sepak bola berbondong-bondong bersekolah di pesantren

 

Pewarta: Abdullah Alawi

Pewarta: Aryudi AR