Nasional

Soal Islam Moderat, Wamendagri Sebut NU Sudah Berikan Contoh

Sel, 3 Maret 2020 | 12:45 WIB

Soal Islam Moderat, Wamendagri Sebut NU Sudah Berikan Contoh

Wamendagri, Jerry Sambuaga (baju batik) (Foto: NU Online/Rifqi Hidayat)

Semarang, NU Online
Moderasi dalam beragama diyakini membawa bangsa ini menuju Indonesia mandiri. Karena itu golongan Islam yang esktrim kanan maupun kiri tidak pernah mencerminkan moderat atau wasathiyah. 
 
Wakil Menteri Dalam Negeri Jerry Sambuaga dalam Seminar Nasional bertajuk 'Moderasi Beragama Menuju Indonesia Mandiri, Maju dan Berkeadilan' yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah dalam rangka harlah ke-97 NU menyebut NU telah memberikan contoh islam wasathiyyah. Islam yang tak berpaham radikal sehingga tidak ektrim ke kanan maupun ke kiri. 
 
"Bagaimana praktik beragama agar tidak radikal? NU sudah memberikan contoh," kata Jerry dalam seminar yang digelar di Halaman PWNU Jateng, Jalan dr Cipto, Kota Semarang, Senin (2/3).
 
Lebih lanjut ia mengingatkan peran umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yang di dalamnya ada santri NU sehingga hari santri nasional disahkan Presiden Republik Indonesia. 
 
"Sudah tercatat dalam sejarah," ujarnya.
 
Kasubdit Bintibsos Ditbinmas Polda Jawa Tengah AKBP Sugiyanto menjelaskan, internet sebagai teknologi terkini memiliki nilai unggul dalam kecepatan informasi juga keakuratan dalam informasi dan data. Namun demikian pengguna internet juga tak lepas dari persebaran kabar dusta atau fitnah yang biasa disebut hoaks dan sisi negatif lain adanya pornografi. 
 
"Anak-anak bisa menggunakan jaringan internet di dalam kamar. Siapa yang bisa mengawasi?," katanya.
 
Dia juga mengingatkan, persebaran radikalisme di dunia maya. Teroris berusaha masuk dengan berbagai macam cara. Sekarang sudah menginjak pada tokoh muda. Disebutkan ada 49 % mahasiswa kita terpapar radikalisme, Universitas besar di wilayah Jawa Tengah juga sudah diindikasikan terpapar radikalis. 
 
Disampaikan, kepolisian juga melakukan upaya deradikalisasi dan seminar sebagai usaha meminimalisir persebarannya. "Minggu lalu Polda Jateng menghadirkan mantan Napiter (narapidana teroris) untuk berbicara tentang radikalisme," ungkapnya.
 
Meurutnya, ancaman kita sudah tidak lagi kontak senjata, melainkan ideologi terselubung. Meski demikian, ia tak memungkiri ada juga gerakan separatis yang bersenjata. 
 
"Kemarin di Papua ada Kelompok Kriminal Bersenjata," ungkapnya.
 
Adanya kelompok radikal tak lepas dari pemahaman Islam yang tak moderat. Menurutnya, moderasi Islam bersifat menyeluruh baik dari beragama duniawi dan ukhrawi. 

Ia berharap sumber daya manusia (SDM) Indonesia terus meningkat di era serba cepat ini. Sebab kekayaan alam apapun yang melimpah, kalau tidak dibarengi sumber daya manusia yang mumpuni akan menghambat masuknya investasi. Padahal, masuknya investor diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Jawa Tengah. 

Kontributor: A Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz