Nasional MQKN 2023

Suasana Syahdu Masjid Agung Pondok Pesantren Sunan Drajat, Peserta MQK 2023 Melakukan Murajaah

Sel, 11 Juli 2023 | 18:00 WIB

Suasana Syahdu Masjid Agung Pondok Pesantren Sunan Drajat, Peserta MQK 2023 Melakukan Murajaah

Para santri tengah bimbingan dan mendaras kitabnya masing-masing bersama pembinanya guna persiapan tampil di ajang MQKN 2023 di Masjid Agung Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Jawa Timur, Selasa (11/7/2023). (Foto: NU Online/Malik)

Lamongan, NU Online

 

Masjid Agung Pondok Pesantren Sunan Drajad terletak di Dusun Banjaranyar, Desa Banjarwati, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Suasana sejuk, tenang, dan syahdu langsung terasa begitu menginjakan kaki di teras masjid yang diresmikan pada tahun 2000 oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

 

Bentuk bangunan masjid sendiri mirip Taj Mahal, dengan dominan berwarna hijau, interiornya didominasi marmer atau granit, terdapat 8 menara. Pada halaman masjid terdapat kolam, di mana di atasnya terdapat miniatur pesawat terbang bertuliskan Buraq.

 

Pada momen Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional (MQKN) ke 7 tahun 2023, di Pondok Pesantren Sunan Drajad Lamongan, Masjid Agung Pondok Pesantren Sunan Drajad menjadi favorit para peserta MQK dari berbagai penjuru melakukan murajaah, agar ketika lomba bisa semaksimal mungkin.

 

Dari pantauan NU Online Senin (10/7/2023) hingga Selasa (11/7/2023) masing-masing daerah membentuk kelompok didampingi oleh pembina masing-masing, ada yang sedang murajaah kitab Khulâshah Nûr al-Yaqîn, Aqîdah al-'Awâm, dâb al-’Alim wa al-Muta’allim, dan lain sebagainya.

 

Saking banyaknya peserta yang melakukan murojaah, seluruh masjid penuh, hingga ke teras samping kanan dan kiri.

 

NU Online berbincang dengan Abdul Rasyid (17) dari Kafilah Sumatera Utara, Marhalah Wustha, bidang Akhlak. Ia berasal dari Pondok Pesantren Musthafawiyah Mandailing Natal. Ketika ditemui di masjid dia sedang melakukan murajaah Kitab Adâb al-’Alim wa al-Muta’allim karya Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy'ari.

 

"Suasananya nyaman, enak, sejuk, bisa saling tukar pikiran. Kalau dari Pondok Pesantren Musthafawiyah ada 16 orang santi, yang santriwati ada 8 orang, dari pondok pesantren lain juga ada," ujarnya saat ditemui NU Online di teras masjid depan, Selasa (11/7/2023).

 

Ia menceritakan bahwa Kafilah Sumatera Utara berangkat pada Hari Jumat (8/7/2023) jam 10, sampai di Lamongan pada Senin (10/7/2023) jam 2. Lebih lanjut ia berharap dengan mengikuti MQKN 2023 bisa memperbanyak pengalaman.

 

"Harapannya untuk memperbanyak pengalaman, kalau untuk menang ya syukur. Ini yang kedua kali saya mengikuti acara nasional, pertama waktu Porseni 1 Abad NU di Solo," pungkasnya.

 

Hal senada juga diungkapkan oleh rekannya, Dimas Maulana Ibrahim (15), ia juga berasal dari Pondok Pesantren Musthafawiyah Mandailing Natal. Ia ikut serta dalam MQK 2023 Marahlah Wustha, Kitab Al-Majâlis al-Saniyah fil al-Kalam ’ala Arba’in An-Nawawiyah (Syarh Kitab al-Arba’in An-Nawawi), karya Syaikh Ahmad bin Hijazi Al Fasyani.

 

"Lagi belajar untuk persiapan, dibaca, terus dites sama pembimbingnya, nanti baru dikoreksi. 4 tahun. Kurang lebih tiga minggu persiapannya, dibimbingnya di pondok pesantren masing-masing. InshaAllah siap, semoga bisa mengambil pengalamannya sih mas, kalau bisa dapat juara," ujarnya.

 

NU Online juga berbincang dengan salah Agus Salim Rangkuti (26) dari Pondok Pesantren Roihanul Jannah Mandailing Natal, Sumut. Ia membimbing 1 santriwati dan 3 santri dari Pondok Pesantren Roihanul Janah.

 

"Putra wustha imrithi, kalau yang putri balaghah tingkat Ulya, baru yang putri tauhid tingkat ulya, dan fiqih tingkat ulya. Kalau latihan cuman 1 Minggu sekali, persiapannya kurang lebih 1 bulan. Suasana di sini sejuk, adem," ujarnya saat ditemui di teras samping kiri masjid.

 

Ia berharap pada kegiatan MQK selain harapan kemenangan, juga bisa bertambah ilmu dan wawasan.

 

Salah satu santri dari Pondok Pesantren Roihanul Jannah Mandailing Natal yang mengikuti MQK Ummi Arfah (18) menceritakan bahwa ia sedang mengulang-ngulang kitab yang dilombakan, mencoba coba memahami per bab, dan dikoreksi oleh pembimbing

 

"Saya balaghah tingkat ulya, Al-Jauhar al-Maknûn. MQK ini merupakan ajang silaturahmi, semoga bisa menziarahi makam-makam yang ada di sini," ujarnya.

 

Selain dari Kafilah Sumatera Utara, NU Online juga berbincang dengan Fadilah Hasan (45), salah seorang Pembina MQK Bangka Belitung dari Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadiin. Saat ditemui di teras depan masjid, ia sedang mengecek nahwu shorof dari anak didiknya.

 

"Karena kebetulan anak-anak yang bagian putri ini bukan di cabang nahwu shorof dan itu juga akan dibahas nantinya, maka dimatangkan di bagian nahwu shorof. Dari Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadiin ini marhalah ula semua cabang, nama kitabnya Washoya, Jurumiyah, Aqidatul Awam, kemudian Khulasoh Nurul Yaqin," ujarnya.

 

Ia menceritakan bahwa persiapan dari Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadiin, salah satu pondok pesantren yang mewakili Bangka Belitung, persiapannya sebulan sebelum keberangkatan.

 

"Sebulan sebelum berangkat kita belajar tiap hari dimatangkan. Makanya anak-anak yang kemarin seharusnya Idul Adha libur, anak yang ikut MQK Nasional nggak libur, tetap belajar. Berangkat dari Bangka Belitung Ahad pagi, naik pesawat, kebetulan kami tinggal di daerah yang agak jauh Bangka Selatan, naik mobil carter ke bandara, transit ke Surabaya baru ke sini," ujarnya.

 

Salah satu peserta bernama Nabila (14) dari Kafilah Bangka Belitung, dengan cabang Marhalah Ula, Kitab Aqidatul Awam mengaku bahwa dalam perlombaan MQK tidak lupa menyiapkan mental, sebisa mungkin untuk tidak grogi.

 

"Insyaallah siap, mental juga harus siap, pemahaman harus lebih dalam. Harapannya sih menambah pengalaman dan motivasi, menambah silaturahmi," ujarnya.

 

Kontributor: Malik Ibnu Zaman

Editor: Syakir NF