Nasional

Tantangan Dakwah semakin Berat, Dai NU Harus Aktif dan Produktif

Rab, 8 Juli 2020 | 10:00 WIB

Tantangan Dakwah semakin Berat, Dai NU Harus Aktif dan Produktif

Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Muhammad Nur Hayid (Gus Hayid) bersama Grand Syekh Al-Azhar (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Muhammad Nur Hayid (Gus Hayid) mengatakan bahwa tantangan dakwah sekarang dan ke depan semakin berat. Hal ini dikarenakan menguatnya kelompok ekstrem kiri maupun ekstrem kanan yang gencar memanfaatkan media sebagai instrumen misi mereka. Fenomena ini perlu diperhatikan oleh para dai NU untuk juga terus melakukan penguatan dakwah yang moderat sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.


Hal ini diungkapkannya saat kegiatan Silaturahim Virtual yang dilakukan para Dai NU yang tergabung dalam Alumni Tadribud Duat wal Aimmat bersama PBNU, Rabu (8/7). Tadribud Duat wal Aimmat ini sendiri merupakan program kerja sama PBNU dengan Universitas Al Azhar Mesir dengan mengirim para dai yang belajar tentang dakwah Islam Wasathiyah ala Manhaj Ahlissunnah wal Jamaah.


“Sebagai dai-dai yang pernah dikirim LDNU ke Al-Azhar yang memiliki misi sama yakni mengembangkan Islam wasathiyah, alumni harus mengambil peran signifikan dan aktif serta produktif di tempatnya masing-masing untuk mengawal dakwah Islam Al wasathiyah ala Manhaj Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah,” ungkapnya.


Selanjutnya para dai NU yang tergabung pada program ini berencana akan mengembangkan dakwah ke seluruh dunia dengan menggelar sebuah Muktamar yang akan melibatkan peserta dari seluruh dunia untuk memperkuat moderasi dalam beragama.


“Peserta berasal dari berbagai penjuru dunia di antaranya perwakilan Eropa, Amerika, Afrika, Asia, dan Australia. Diharapkan acara ini digelar pada bulan Oktober atau November,” jelasnya.


Muktamar ini juga akan mengundang beberapa masyayikh NU dan seluruh dunia yang mengembangkan dakwah Wasathiyah termasuk dari Al Azhar, Jordan, dan Maroko.


Para alumni juga berkomitmen untuk mendampingi para dai muda dalam mempersiapkan diri menjadi dai-dai yang kredibel baik di level lokal maupun internasional. Langkah yang akan ditempuh menurut Anggota Komisi Dakwah MUI Pusat ini adalah dengan menggelar semacam Akademi untuk para dai-dai yang akan dikirim ke luar negeri.


Sebelum dikirim, para dai ini akan ditempa terlebih dahulu dengan standarisasi internasional khususnya terkait kemampuan bahasa dan bidang kajian keislamannya. 


“Tentunya kalau yang dikirim ke Amerika, Australia harus bisa Bahasa Inggris, kalau yang di Timur Tengah harus Bahasa Arab dengan kualifikasi standar keilmuan yang sudah dimiliki misalnya pengetahuan tentang Al-Qur’an dan hadits yang benar, tentang fiqih dan ushul fiqih yang benar dan pengetahuan tentang tarikh atau sejarah yang benar,” jelasnya.


Para dai NU juga harus memiliki pola pikir analisis kritis dan menguasai materi dakwah secara mendalam. Tidak hanya bisa berbicara saja dengan modal mengutip ayat yang dapat menjerumuskan umat karena salah dalam penafsiran.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin