Temuan Komnas HAM: Ricuh karena Gas Air Mata, Aremania ke Lapangan Bukan untuk Menyerang, Korban Lebam dan Mata Merah
Kamis, 6 Oktober 2022 | 13:15 WIB
Gas air mata yang ditembakkan aparat di Stadion Kanjuruhan memicu kericuhan dan desak-desakkan sehingga menyebabkan ratusan korban jiwa melayang. (Foto: AFP/STR)
Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) turun langsung melakukan investigasi tragedi maut di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang menyebabkan 131 orang dilaporkan meninggal dunia.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan pihaknya telah bertemu dengan beberapa kelompok Aremania, keluarga korban, korban selamat termasuk manajemen dan pemain Arema FC untuk menggali informasi terkait kerusuhan yang terjadi setelah pertandingan Arema melawan Persebaya tersebut.
“Beberapa catatan penting yang didapat dari hasil investigasi komnas HAM ialah terkait kondisi jenazah serta pendalaman informasi setelah pertandingan berakhir,” kata Choirul Anam dalam keterangan video di kanal YouTube Humas Komnas HAM RI dilihat NU Online, Kamis (6/10/2022).
Hasil penulusaran yang dilakukan sejak Senin (4/10/2022) itu mengungkap sejumlah fakta sebagai berikut:
1. Tragedi Kanjuruhan dipicu tembakan gas air mata
Anam mengungkapkan berdasarkan video detik-detik kerusuhan terjadi serta keterangan Aremania dan perangkat pertandingan, situasi di menit-menit awal suporter turun ke lapangan masih terkendali.
"Yang kita telusuri, setelah bertemu dengan beberapa Aremania dan pemain, suporter yang merangsek masuk ke lapangan itu karena ingin memberikan semangat untuk pemain,” tuturnya.
Anam kemudian mengungkapkan situasi yang terkendali di stadion Kanjuruhan berubah menjadi kericuhan. Anam mengaku banyak pihak yang menyebutkan kericuhan justru terjadi saat polisi menembakkan gas air mata.
Anam menjelaskan situasi yang terkendali itu berubah menjadi ricuh saat polisi menembakkan gas air mata.
"Itu sebenarnya sekian menit itu kondisi lapangan terkendali. Kami sayangkan ini, kondisi ini kok ricuh. Apalagi kericuhan itu, banyak pihak yang memberikan keterangan kepada kami, itu akibat (tembakan) gas air mata," ujar Anam.
Masih berdasarkan keterangan sejumlah pihak yang dia temui, kericuhan timbul karena rasa panik suporter. Kepanikan tersebut, sambung Anam, menyebabkan terjadinya konsentrasi massa yang berdesak-desakan hendak keluar Stadion Kanjuruhan.
"Gas air mata lah yang membuat panik dan sebagainya, sehingga ada terkonsentrasi di sana, di beberapa titik pintu. Ada pintu yang terbuka sempit, terus ada pintu yang tertutup. Itulah yang membuat banyak jatuh korban," terang Anam.
2. Aremania ke lapangan bukan menyerang
Anam menyebut hasil investigasi tragedi Kanjuruhan yang dilakukan selama tiga hari terakhir terungkap sebuah keterangan yang sinkron bahwa para suporter masuk ke lapangan karena hendak menyemangati skuad Singo Edan.
Temuan Komnas HAM itu berdasarkan keterangan senada antara pemain maupun Aremania. Kedua pihak sama-sama membantah adanya serangan penonton ke pemain.
"Ini yang sangat penting yang kami telusuri detail pendalamannya, adalah soal konstruksi kronologi peristiwa di saat pasca peluit berakhir. Jadi kan selama ini ada beberapa di awal-awal dikembangkan bahwa kericuhan atau kekerasan terjadi ketika suporter merangsek ke lapangan," ujar Anam.
Menurut Anam, keterangannya ini berdasarkan hasil cek silang atau crosscheck dari pemain Arema FC, maupun Aremania. Anam pun menyampaikan gambaran keterangan kedua belah pihak.
"Kami kroscek ke para suporternya, bilangnya ya 'Kami kan mau kasih semangat walaupun mereka kalah. Ini satu jiwa. Ayo Arema jangan menyerah'. Ketika kami crosscheck kalimat-kalimat itu, juga berdialog dengan teman-teman pemain, terutama pemain yang terakhir meninggalkan lapangan, itu juga disampaikan," ungkap Anam.
"Jadi dia menyampaikan terus juga menunjukkan video yang diambil oleh orang lain, 'Ini saya Mas, ketika saya dirangkul oleh suporter, kami pelukan dan ada satu komunikasi bahwa ini satu jiwa, ayo jangan menyerah, jangan menyerah. Jadi tidak ada pemain yang luka'," lanjut Anam.
Masih berdasarkan keterangan yang dia dapat dari hasil investigasi Tragedi Kanjuruhan, Anam menyebut tidak ada serangan suporter ke pemain di lapangan.
"Jadi kalau ada informasi yang bilang bahwa suporter ke sana mau menyerang pemain, itu bilang bahwa itu tidak seperti itu. Dan suporternya juga bilang bahwa tidak seperti itu. Jadi dinamika ini jadi penting," pungkas Anam.
3. Kondisi fisik korban, mata merah hingga wajah biru
Anam mendapati indikasi penyebab kematian korban melalui profil sejumlah jenazah secara fisik memprihatinkan dan ini menunjukkan potensi penyebab kematian.
"Pertama adalah kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru. Jadi, muka biru ini banyak. Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen karena juga gas air mata. Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa," ungkap Anam.
Korban luka juga tak luput dari pemantauan Komnas HAM. Anam memperoleh data soal korban luka di mana sebagian Aremania menderita patah tulang.
"Kondisi luka-luka ini macam-macam kondisinya. Ada yang kaki patah, ada yang rahang patah, ada yang memar dan lain sebagainya," ujar Anam.
Kontibutor: Suci Amaliyah
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Ini Link Download Logo Hari Santri 2024
2
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
3
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
4
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
5
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
6
Menyoal Kampanye Debat Publik di Pilkada Calon Tunggal
Terkini
Lihat Semua