Nasional

‘Tidak Ada Hari Pahlawan Kalau Gak Ada Resolusi Jihad’

Sel, 20 Agustus 2019 | 12:15 WIB

‘Tidak Ada Hari Pahlawan Kalau Gak Ada Resolusi Jihad’

KH Mujib Qulyubi saat menerima ratusan mahasiswa Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro, Lampung, di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (20/8).

Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran yang sangat penting dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Salah satu peran penting itu ketika Pendiri NU Hadratusyekh Hasyim Asy’ari mencetuskan fatwa yang mewajibkan warga negara dalam jarak tertentu untuk melawan pasukan Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

Menurut Katib Syuriyah PBNU KH Mujib Qulyubi, fatwa monumental yang di kemudian hari dikenal dengan Resolusi Jihad itu memunculkan lahirnya peristiwa 10 November di Surabaya. Sehingga jika tidak ada Resolusi Jihad, maka tidak akan ada Hari Pahlawan.
 
“Tidak ada Hari Pahlawan kalau gak ada Resolusi Jihad,” Kiai Mujib saat menerima kunjungan ratusan mahasiswa Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro, Lampung, di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (20/8).

Kiai Mujib menegaskan, bagi NU agama dan negara tidak bertentangan. Bahkan satu sama lain saling menguatkan. Jargon Hadratussyekh Hasyim Asy’ari ‘hubbul wathan minal iman’ pun menjadi semangat beragama dan bernegara.
 
Bahkan, kata Kiai Mujib, para kiai menanamkan kepada masyarakat Indonesia agar mencintai tanah airnya karena mereka lahir di tanah Indonesia, kemudian baru diadzani. Makanya kata KH Mustofa Bisir, sambungnya, Muslim di Indonesia ini adalah ‘orang Indonesia yang beragama Islam’, bukan ‘orang Islam yang kebetulan dilahirkan di Indonesia.

“Jadi tanamkan cinta tanah air dulu, baru diadzani, dikasih tauhid, dikasih dzikir,” ucapnya.
 
Menurutnya, tidak ada tokoh NU yang hanya menanamkan untuk mencintai agama saja atau sebaliknya, melainkan harus mencintai keduannya.
 
“Di dalam diri kita itu ada mas’uliyah diniyah tanggung jawab keagamaan dan mas’uliyah wathaniyah tanggung jawab kebangsaan. Itu sama-sama beratnya, sama 100 persen yang haru ditanggung diri kita,” ucapnya.
 
Sebelumnya, Ketua PBNU KH Abdul Manan Ghani mengatakan, NU telah dengan tegas menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bersifat final dan menerima Pancasila sebagai dasar negara. NU memegang prinsip hubbul wathan minal. Sebab katanya, barangsiapa yang tidak punya tanah air, maka tidak akan punya sejarah. Barangsiapa yang tidak punya sejarah, pasti akan dilupakan.
 
“Bersyukur kita ditakdirkan oleh Allah subhanahu wata’ala menjadi bangsa Indonesia, bangsa yang besar. Kita harus perjuangkan negeri ini dengan mengisinya dengan sebaik-baiknya,” pungkasnya. 
 
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Muchlishon