Nasional

Tips Menjaga Semangat Ibadah Puasa Anak-anak Pasca-Ramadhan

Ahad, 8 Mei 2022 | 13:00 WIB

Tips Menjaga Semangat Ibadah Puasa Anak-anak Pasca-Ramadhan

Ilustrasi: Perilaku ibadah anak-anak mencontoh orang tuanya. Jika orang tua puasa Senin Kamis, shalat lima waktu secara tertib, dan ibadah lainnya, anak-anak pasti akan ikut.

Depok, NU Online
Ramadhan menjadi bulan yang diliputi keberkahan dan semangat untuk ibadah. Anak-anak pun semangat menjalankan berbagai ritual ibadah mahdhah. Sudah menjadi tradisi di Indonesia, bagi anak-anak untuk ikut latihan puasa beduk, yaitu puasa yang berbukanya saat masuk waktu shalat dhuhur. 


Semangat untuk ibadah puasa, tentu saja dengan berbagai jenis puasa sunnah, perlu terus dijaga sekalipun Ramadhan telah usai. Puasa melatih anak untuk memiliki empati kepada orang yang kurang mampu dan secara psikologis menjadi sarana untuk belajar menunda kesenangan guna mendapatkan hasil yang lebih besar di masa depan. Ini menjadi faktor yang sangat penting bagi keberhasilan hidup di masa depan.


Dosen Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Waspada menyampaikan beberapa tips menjaga konsistensi ibadah anak-anak.


Pertama, melatih puasa dengan ramah. Artinya, tanpa paksaan sesuai dengan kapasitas anak. Ia menjelaskan, jika dipaksa melampaui kapasitasnya, dampaknya secara psikologis tidak baik bagi tumbuh kembang anak. 


"Alih-alih mau rajin berpuasa, mereka justru alergi dengan ibadah puasa jika dirasa terlalu berat. Ini menjadi poin penting dalam latihan puasa bagi-anak-anak," kata Waspada, Ahad (8/5/2022) yang juga mengelola sebuah PAUD di kediamannya. 


Berdasarkan pengamatannya, baik di Bogor, Jawa Barat tempat ia tinggal sekarang atau di kampung halamannya di Ponorogo, Jawa Timur banyak anak berpuasa Ramadhan atas kemauan sendiri, tentu sebelumnya atas motivasi dan contoh dari kedua orang tuanya. 


Kedua, untuk menjaga konsistensi puasa pasca-Ramadhan, ia menyampaikan pentingnya orang tua sebagai teladan. Jika orang tua menjalankan puasa Syawal selama enam hari, maka anak-anak akan ikut. Jika orang tuanya rutin menjalankan puasa Senin Kamis, tentu anak-anak juga akan ikut.


"Perilaku ibadah anak-anak mencontoh orang tuanya. Jika orang tua puasa Senin Kamis, shalat lima waktu secara tertib, dan ibadah lainnya, anak-anak pasti akan ikut," terang Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Bogor ini. 


Namun, ia mengingatkan, dunia anak tetaplah dunia anak, yaitu dunia bermain. Masa itu merupakan masa tumbuh kembang anak sehingga mesti menjadi prioritas bagi orang tua untuk memberi kesempatan bagi mereka mengeksplorasi dunia dengan cara bermain. 


Penelitian yang dilakukan oleh Jazariyah dkk (2021) Strategi Pengenalan Konsep Berpuasa. Ramadhan pada Anak Usia Dini menemukan bahwa keterlibatan orang tua sangat penting. Pengenalan dilakukan dengan mengajak sahur dan tarawih, mengajari doa puasa, hingga membiarkan anak ikut puasa secara bertahap. Sebanyak 96 persen dari responden yang diteliti mengajarkan anaknya untuk berpuasa. 


Sementara itu, riset yang dilakukan oleh Abdulaziz Farooq, dkk (2015) yang berjudul A Prospective Study of the Physiological and Neurobehavioral Effects of Ramadan Fasting in Preteen and Teenage Boys menemukan dalam satu minggu puasa, terjadi penurunan lemak tubuh hanya pada praremaja. Dilaporkan asupan lemak dan protein lebih tinggi selama Ramadhan, tetapi pengeluaran energi tidak berubah. Pada akhir Ramadhan, terjadi penurunan kadar hemoglobin dan serum besi yang signifikan. Selama minggu keempat, total durasi tidur berkurang 1,8 jam.


Pewarta: Achmad Mukafi Niam
Editor: Kendi Setiawan