Nasional

Viral Kuman Super di India, Begini Faktanya

Jum, 14 Oktober 2022 | 20:30 WIB

Viral Kuman Super di India, Begini Faktanya

Viral Kuman Super di India, Begini Faktanya.

Jakarta, NU Online

India digegerkan kemunculan kuman super (superbugs) yang dikabarkan menjadi pandemi baru di negara tersebut. Hal ini pertama kali dilaporkan oleh dokter di Rumah Sakit Kasturba, negara bagian Maharashtra, India barat. Di RS Kasturba sendiri, sudah ada 1.000 tempat tidur yang terisi akibat penyakit itu.


Lantas apa itu superbugs dan fakta yang sebenarnya terjadi?


Pengurus Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) dr Syifa Mustika mengungkapkan bahwa superbugs di India terjadi berbarengan dengan wabah pandemi Covid-19 pada tahun lalu. Informasi ini, ia dapatkan langsung dari salah satu dokter di India.


“Terkait superbugs itu sebenarnya hanya istilah terhadap kuman yang tahan/resisten terhadap antibiotik. Berdasarkan keterangan dokter di sana, ternyata kabar itu adalah berita lama (old news) tahun lalu, dan itu bersamaan dengan wabah Covid-19,” ungkap dr Syifa, kepada NU Online, Jumat (14/10/2022).


Kondisi India terkait superbugs yang kini viral diberitakan, kata dia, sebetulnya tidaklah semenyeramkan yang ada di media-media sosial. “Jadi, sebetulnya saat ini gak ada booming superbugs di sana,” kata dokter dari Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) itu.


Namun, meskipun begitu, ia tetap mengimbau masyarakat untuk waspada dan menerapkan langkah pencegahan. Caranya yaitu dengan tidak mengkonsumsi obat atau antibiotik tanpa anjuran dari dokter.


“Terkait dengan hal itu, hakikatnya kuman itu sama dengan makluk hidup sehingga bisa beradaptasi. Di saat kita menggunakan antibiotik yang tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dosis maka itulah yang sebetulnya menjadi pemicu kuman rentan terhadap obat,” terangnya.


Pencegahan lainnya, tambah Syifa, bisa dilakukan dengan dengan memilih makanan yang sehat dan aman, serta tidak tercemar atau terkontaminasi bakteri atau kuman.


Dia meminta warga tetap waspada terhadap makanan yang dikonsumsi dan menyarankan agar masyarakat memilih makanan yang sehat dan tidak lupa mencuci tangan sebelum makan.


“Saat ini kasus tersebut belum ditemukan dii Indonesia, saya harap masyarakat bisa memulai pola hidup yang sehat dan bersih sebagai upaya pencegahannya,” imbuh dia.


Apa itu superbugs?

Superbug adalah strain patogen (bakteri, virus, parasit, dan jamur) yang resisten terhadap antibiotik. Artinya, patogen yang dimaksud mengembangkan kemampuannya untuk melawan obat yang biasa diresepkan.


Melasir Mayo Clinic beberapa contoh umum dari superbug termasuk di antaranya bakteri resisten yang biasanya dapat menyebabkan pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi kulit.


Center for Disease Prevention and Control (CDC) Amerika Serikat mencantumkan ada 18 bakteri dan jamur yang resisten terhadap antibiotik.


Beberapa di antaranya adalah jamur Candida yang kebal terhadap obat, Salmonella nontifoid yang resisten terhadap obat, Tuberculosis yang resisten obat, dan masih banyak lagi.


Gejala superbugs

Laman Healthline melaporkan, bagi sebagian orang, infeksi superbug tidak menimbulkan gejala, termasuk pandemi superbug India.


Misalnya saja, N gonorroeae atau bakteri menular seksual yang sering tidak terdeteksi karena tidak langsung menunjukkan gejala. Jika tak diobati, gonore dapat merusak sistem saraf dan jantung.


Namun, saat infeksi superbug menunjukkan gejala, tanda yang muncul umumnya sama dengan penyakit infeksi lainnya, seperti: demam, kelelahan, diare, batuk, dan nyeri sendi.


Intinya, gejala infeksi superbug sama dengan penyakit infeksi lainnya. Perbedaannya adalah gejala tersebut tak dapat merespons pemberian antibiotik atau antijamur.


Pasien disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami beberapa gejala berikut yang jadi kemungkinan risiko gejala pandemi superbug Indi, antara lain: sulit bernapas, batuk lebih dari seminggu, sakit kepala yang intens, sakit dan kaku leher.


Gejala lainya, yaitu demam di atas 39,4 derajat Celcius, mengalami masalah penglihatan, serta mengalami ruam atau bengkak.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin