Obituari

Innalillahi, Hj Rofiqoh Dharto Wahab Penyanyi Kasidah Legendaris Wafat

Rab, 12 Juli 2023 | 16:40 WIB

Innalillahi, Hj Rofiqoh Dharto Wahab Penyanyi Kasidah Legendaris Wafat

Hj Rofiqoh Ddarto Wahab Penyanyi Kasidah Legendaris Wafat. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, penyanyi kasidah legendaris dari Nahdlatul Ulama (NU) Hj Rofiqoh Dharto Wahab wafat, pada Rabu (12/7/2023) hari ini. 


Putra Hj Rofiqoh, Hariki Firham mengabarkan, almarhumah dinyatakan wafat hari ini pukul 08.45 WIB di RS Haji Pondok Gede Jakarta. Saat ini jenazah disemayamkan di kediamannya, di Jalan H Nawi 45, Jatimakmur, Pondok Gede, Kota Bekasi.


"Ibu akan dibawa ke Pekalongan, Kranji, Gang Masjid. Rencananya maghrib ini. Jenazah ibu sudah dimandikan di RS Haji," kata Hariki kepada NU Online, Rabu sore. 

 
Hariki memberi informasi bahwa sang ibu sudah mulai menderita berbagai macam penyakit sejak 2019 lalu. Kemudian Hj Rofiqoh keluar-masuk RS untuk mendapatkan perawatan, hingga akhirnya mengembuskan nafas terakhir di usia 78 tahun.


"Pas pandemi Covid-19 2021, keluar masuk rumah sakit," kata Hariki.


Dilansir NU Online, Hj Rofiqoh lahir di Kranji, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, pada 18 April 1945. Ia lahir dari seorang ayah bernama KH Munawwir, Pengasuh Pesantren Munawwirul Anam Kabupaten Pekalongan dan dari seorang ibu Hj Munadzorah yang berasal dari keluarga Buntet Pesantren Cirebon. 


Ia menempuh pendidikan di Muallimat Wonopringgo Pekalongan, Pesantren Lasem Rembang, dan Buntet Pesantren Cirebon. Di pesantren terakhir itu, ia banyak belajar dan mengasah kemampuannya membaca Al-Qur’an secara tepat dan indah, yang kelak menjadi modal pentingnya menjadi penyanyi kasidah. 


Rofiqoh terkenal dengan 'Hamawi Ya Mismis' dan 'Ya Asmar Latin Sani' serta puluhan lagu yang terkumpul pada belasan album.  
 

Sejak muda, Rofiqoh telah menekuni dan mengikuti lomba tilawatil Qur'an dari tingkat kecamatan hingga provinsi. Pada 1960-an, saat organisasi Islam ditekan oleh pemerintahan Orde Baru, Rofiqoh memperkenalkan genre musik gambus atau kasidah berbahasa Arab kepada masyarakat. Liriknya berisi pujian-pujian kepada Tuhan yang diiringi oleh alat musik. 

 
Tampilannya menggunakan kebaya, kerudung, dan batik ciri khas perempuan Jawa pada masanya. Ia muncul pertama kali di depan publik pada 1964 dan pergi ke Jakarta pada 1965. Pada tahun yang sama ia menikah dengan Dharto Wahab seorang wartawan yang beralih profesi menjadi pengacara.

 
Tampil di Istana Negara


Rofiqoh pernah tampil di Istana Negara membawakan kasidah 'Habibi Ya Rasulullah' dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad, sebelum meletusnya pergerakan G30S/PKI. Perjalanan kariernya beberapa kali mengalami ketidakstabilan. Karyanya pernah diklaim oleh kelompok Manikebu (seniman dan sastrawan sayap kanan) dalam sengketa melawan Lekra (seniman dan sastrawan sayap kiri) karena pada masa ini Islam dianggap sesuatu yang bertentangan dengan PKI.

 
Ia sering melantunkan syair Arab dengan musik gambus dan lebih dari 100 keping album rekaman telah diproduksi. Rofiqoh banyak menelurkan album, antara lain Libarokallah, Hamawi Ya Mismis, Baladi, Habib Qalbi, Semoga di Surga, dan Lagu-lagu Gambus. Enam album itu terdiri dari 30 lagu kasidah gambus berbahasa Arab dan Indonesia. 


Namanya tetap melambung hingga tahun 1990-an. Ia pernah menjadi pemimpin pengajian yang diselenggarakan Ittihatul Ummahat (Persatuan Ibu-Ibu) di Kota Legenda, Bekasi Timur dan menjadi salah satu pengelola kelompok pengajian Rofiqoh, Munawwir, dan Munadzorah (Romuna), serta Yayasan Gadi Fi Muna sebagai naungan bagi majelis taklim, taman kanak-kanak, dan kegiatan Islami lainnya.